Menulis Kata Mendalami Makna
Dialog kepenulisan |
Yogyakarta,
SIKAP – Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UPN mengadakan
dialog kepenulisan dengan tema ‘Menulis kata mendalami makna’ bersama dengan
Eko Prasetyo dan Irwan Bajang sebagai pembicara (17/04). Dialog yang diadakan
di ruang seminar Fakultas Ekonomi ini dihadiri oleh beberapa mahasiswa dari
berbagi jurusan dan organisasi.
Bahasa merupakan produk terbesar umat manusia. Kemajuan teknologi yang terjadi
saat ini dapat membuat menulis menjadi lebih mudah. Kepekaan terhadap apa yang
terjadi di sekitar, serta kemampuan dalam mengamati dan mendalami lingkungan
sekitar dapat memudahkan seseorang lebih mudah menuanagkan gagasan-gagasan
mereka ke dalam tulisan.
Presiden Mahasiwa UPN, Arinta Aris Kristianto mengatakan bahwa kondisi
mahasiswa UPN saat ini sedang collapse. Kegiatan ini diharapkan mampu
menumbuhkan kesadaran untuk menulis. Dijelaskan oleh Aris, Dialog kepenulisan
ini bukan tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) tetapi bagaimana mahasiswa
mampu menuangkan gagasan-gagasannya dengan tinta di atas sebuah kertas.
“Kebiasaan menulis suatu bangsa merupakan cerminan dari kemajuan sebuah
bangsa. Jika antusias untuk menulis saja rendah, bisa dibayangkan bagaimana
dengan kegiatan lainnya yang memerlukan usaha lebih dari menulis.” Tuturnya
Menulis sama halnya dengan memprovokasi orang lain untuk memahami apa
yang seseorang pikirkan. Jika kesepahaman sudah dicapai maka gerakan lainnya
akan lebih mudah dilakukan. Menulis adalah tentang bagaimana meyakinan orang
lain, untuk itu yang diperlukan dalam menulis adalah keyakinan dan keberanian.
“Orang yang memiliki keberanian biasanya memiliki pengetahuan” kata Eko
Prasetyo, penulis sekaligus founder dari Social Movement Institute saat
memaparkan materinya.
Disayangkan oleh Eko, minat baca yang seharusnya dapat dijadikan alat
untuk menambah pengetahun kini kurang di minati, terutama dikalangan mahasiswa.
Ditambahkan oleh Eko, untuk mendapatkan pengetahuan bisa dilakukan dengan cara
membaca. Menurutnya, sistem pendidikan saat ini membuat mahasiswa berpikir
bagaimana cara untuk mendapat IP yang baik dan lulus cepat tanpa sampat
berpikir untuk melakukan kontrol sosial apalagi gerakan perubahan
Irwan Bajang, pimpinan redaksi Indie Book Corner menjelaskan, jika berkaca
dari sejarah, tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesai adalah orang-orang yang
gemar menulis. Kala itu tulisan menjadi salah satu media yang dipakai untuk
menyebarkan semangat untuk membebaskan diri dari cengkraman penjajah.
Naskah-naskah yang disimpan sebagai arsip negara merupakan gagasan-gagasan
pendiri bangsa yang dituangkan melalui sebuah tinta. Karena ditulis, sejarah
itu bisa kita kenang sampai kapanpun. “Menulis itu penting untuk dikenang
sebagai sejarah.” Pungkas Irwan Bajang. (Kristi Utami)
Tulis Komentarmu