Mona Kriesdinar: Kala Pekerjaan Menjadi Panggilan Hati
Editor : Muhammad Akbar Samudra
Mona Kriesdinar saat memberikan materi tentang pengelolaan konten digital pada situs berita di Lab. Public Relation Fisip UPN "Veteran" Yogyakarta, Kamis (10/11). (foto: Widya Iga Kusuma) |
Yogyakarta, SIKAP - Hidup adalah tentang
sebuah pilihan, banyak orang yang bekerja tidak sesuai dengan passion-nya dan hanya ingin sekedar
mengumpulkan pundi-pundi rupiah saja. Bukankah menjadi suatu hal yang sangat
menarik jika ada seseorang yang bekerja sesuai dengan passion-nya tanpa harus memikirkan uang? Salah satunya adalah Mona
Kriesdinar, lelaki kelahiran tanah sunda ini merupakan seorang jurnalis Tribun
Jogja yang menjadikan dunia jurnalistik sebagai panggilan hatinya.
Pria bertubuh mungil
ini, sangat ekspresif dalam menceritakan setiap pengalaman dan ilmu yang ia
miliki. “Saya orangnya gak mau terikat dengan waktu, saya juga tidak suka
dengan rutinitas yang monoton, saya suka jalan-jalan dan bertemu dengan banyak
orang dari semua kalangan” tutur pria kelahiran 1 April 1985 ini.
Dibalik kesuksesannya
sekarang, Mona yang merupakan alumnus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini juga
memiliki cerita hidup yang pahit dan tidak akan pernah bisa dilupakan.Anak
bungsu dari dua bersaudara ini, memang tidak aktif di dalam kampus, lelaki
berkacamata ini lebih memilih aktif di luar kampus, supaya ia bisa mencari pundi-pundi rupiah agar tetap
bisa membayar uang kuliah. Kesibukannya di luar kampus membuat ia harus menunda
mengerjakan skripsi selama tiga tahun. Hidup memang pilihan, apapun cobaan yang
ia hadapi membuat langkahnya tidak
terhenti.
Setelah lulus kuliah, Ia
pernah menjadi seorang call center (operator)
XL. Bukan berarti Mona lupa dengan keinginannya, ia mencoba melamar menjadi seorang wartawan di Tribun.
Tiga tahun mededikasikan diri menjadi seorang wartawan lapangan bukan hal yang
mudah, Ia harus mengahadapi berbagai peristiwa. Terkadang peristiwa tersebut tidak akan pernah terulang lagi
dalam hidupnya, Ia pernah dikejar wedus gembel saat letusan gunung Merapi 2010.
Sungguh, hasil memang
tak pernah mengkhianati usaha, tahun berikutnya Mona di promosikan sebagai
editor dan menjadi sosial media
specialist. Tidak hanya itu Ia juga mendapatkan beasiswa di Nanyang
Technological University (NTU) Singapura. Dapat menginspirasi banyak orang
melalui tulisan itu impiannya. Apalagi jika tulisan-tulisannya menggerakan
banyak orang untuk saling berbagi. (Widya Iga Kusuma)
Tulis Komentarmu