Keberagamaan dalam Wujud Pemaknaan Pancasila
Editor : Fariha Sulmaihati
Yogyakarta, Sikap – Peringatan Hari Lahir Pancasila (1/6) diadakan di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta. Acara ini merupakan sebuah bentuk gotong royong masyarakat dan juga sebagai perwujudan semangat bersatu dalam keberagaman, walaupun saat ini Indonesia sedang diterpa oleh isu-isu yang memprihatinkan.
“Dengan sumbangan berbuka puasa 18.000 nasi bungkus dan air mineral adalah salah satu bentuk gotong royong masyarakat, dan mungkin sumbangan ini akan bertambah lagi. Walaupun Indonesia sedang terancam paham ekstrim keberagaman, sebagai rakyat haruslah kita menerapkan Pancasila sebagai pedoman negara,” tutur Widihasto Wasana Putra selaku Ketua Panitia saat menyampaikan pidatonya.
Pekan Pancasila 2017 dalah bentuk pemaknaan dari butir-butir yang terkandung didalamnya. Dengan semangat kejuangan dalam keberagaman, haruslah kita lebih menghormati satu sama lain. ‘Saya Indonesia, Saya Pancasila!’, slogan yang disuarakan merupakan bentuk aspirasi kecintaan terhadap negara Indonesia dan jiwa Pancasila.
Sr. Ancilla Osf sebagai peserta mengatakan bahwa akhir-akhir ini negara kita sangat memprihatinkan. Tapi dengan keraton mengadakan acara ini, semoga generasi lebih menghargai dan membela kebenaran, apabila ada yang menghancurkan nilai-nilai Pancasila. Begitu pula dengan Muhadi, Pancasila adalah alat pemersatu yang sangat dibutuhkan dalam memperkuat NKRI. Pancasila tidak melihat dalam aspek ras, suku, agama, dan lainnya.
“Pancasila mempunyai makna bahwa bangsa Indonesia tetap satu walaupun banyak perbedaan yang ada,” tutur I Wayan Krisna A dan I Putu Jhosep J peserta dari perwakilan IKPM Bali.
Sri Sultan Hamengkubowono X menyampaikan dalam pidatonya bahwa situasi yang terjadi di Indonesia saat ini layaknya Pagelaran Wayang, momentum hari ini sejatinya ingin membuka ingatan kita bahwa Pancasila adalah jiwa bangsa, dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa.
Acara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta kemudian ditutup dengan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan Indonesia sambil menunggu waktu berbuka puasa bersama. (Dwi Atika Nurjanah)
Suasana peringatan Hari Lahirnya Pancasila di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta (1/6). (Monika Juliani) |
“Dengan sumbangan berbuka puasa 18.000 nasi bungkus dan air mineral adalah salah satu bentuk gotong royong masyarakat, dan mungkin sumbangan ini akan bertambah lagi. Walaupun Indonesia sedang terancam paham ekstrim keberagaman, sebagai rakyat haruslah kita menerapkan Pancasila sebagai pedoman negara,” tutur Widihasto Wasana Putra selaku Ketua Panitia saat menyampaikan pidatonya.
Pekan Pancasila 2017 dalah bentuk pemaknaan dari butir-butir yang terkandung didalamnya. Dengan semangat kejuangan dalam keberagaman, haruslah kita lebih menghormati satu sama lain. ‘Saya Indonesia, Saya Pancasila!’, slogan yang disuarakan merupakan bentuk aspirasi kecintaan terhadap negara Indonesia dan jiwa Pancasila.
Pekan Pancasila dihadiri dari bebagai macam ras dan agama (1/6). (Dwi Atika) |
“Pancasila mempunyai makna bahwa bangsa Indonesia tetap satu walaupun banyak perbedaan yang ada,” tutur I Wayan Krisna A dan I Putu Jhosep J peserta dari perwakilan IKPM Bali.
Sri Sultan Hamengkubowono X menyampaikan dalam pidatonya bahwa situasi yang terjadi di Indonesia saat ini layaknya Pagelaran Wayang, momentum hari ini sejatinya ingin membuka ingatan kita bahwa Pancasila adalah jiwa bangsa, dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa.
Acara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta kemudian ditutup dengan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan Indonesia sambil menunggu waktu berbuka puasa bersama. (Dwi Atika Nurjanah)
Tulis Komentarmu