ICOM 2017 Ajak Pemuda Sadar Lingkungan
Sesi
foto bersama narasumber ICOM 2017 dan Dosen Hubungan Internasional UPN
“Veteran” Yogyakarta. (foto: Dokumentasi HIMAHI)
|
Seminar Nasional oleh International Community (IC) yang bertajuk ”Raising Youth Awareness on The Environtmental Issues from The Plastic Use in Indonesia to Support SDG’s Programme” menandai berakhirnya rangkaian kegiatan ICOM (International Community Colloqoium) 2017. Agenda ini diselenggarakan di Ruang Seminar Gedung Agus Salim Kampus II UPN “Veteran” Yogyakarta pada Selasa (7/11).
Jika pada tahun-tahun sebelumnya IC sebagai Kelompok Studi Mahasiswa yang ada di Jurusan Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta mengadakan agenda tahunan berupa workshop, maka kali ini IC mengusung agenda berbeda bernama ICOM. Agenda ini bertujuan mengajak para pemuda untuk sadar terhadap isu-isu tertentu dan ikut turun tangan untuk menyelesaikannya. Pada tahun ini, isu lingkungan menjadi fokus utama ICOM.
ICOM 2017 terlaksana dalam tiga rangkaian acara. Rangkaian ini diawali dengan Lomba Fotografi Online atau Online Campaign Photography tentang isu lingkungan, terutama penggunaan plastik di Indonesia pada 10-31 Oktober 2017. Kemudian, agenda dilanjut dengan Pameran Limbah Kriya pada 2-7 November 2017 di Lobi Gedung Agus Salim Kampus II UPN "Veteran" Yogyakarta. Sebagai acara puncaknya adalah Seminar Nasional pada Selasa (7/11).
“Isu lingkungan ini dipilih karena saya sebagai mahasiswa HI menyadari bahwa isu yang krusial dibahas tidak hanya high politics saja, tetapi low politics seperti isu lingkungan juga menjadi penting, karena dampak dari kelalaian lingkungan itu dirasakan secara global," jelas Patricia Narulita Prajogo selaku ketua panitia ICOM 2017. Ia juga memandang bahwa pemuda memiliki peran yang penting dalam mengurangi dan mengatasi masalah limbah plastik ini.
“Hampir 20% warga negara Indonesia adalah pemuda dan kalau semua pemuda itu diberdayakan, ditingkatkan kesadarannya untuk membereskan isu ini, menurut saya itu akan membantu Indonesia untuk mengurangi limbah plastik," tambahnya.
Sekitar 90 peserta terlibat dalam Seminar Nasional ICOM 2017. Tidak hanya diikuti oleh mahasiswa HI UPN “Veteran” Yogyakarta, seminar ini juga dihadiri oleh institusi lain. Beberapa di antaranya ialah Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) Riau, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Sebelas Maret.
Antusias masyarakat khususnya pemuda dalam seminar ini terbilang cukup tinggi. Pasalnya lima pembicara yang didatangkan tidak tanggung-tanggung karena berasal dari berbagai bidang terkait isu lingkungan, seperti Dewi Justitia Meidiawati dari Direktorat Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri Indonesia, Fauzi dari Greenpeace, Jaya Setiawan Gulo selaku UNEP Youth Ambassador for Sustainable Consumtion and Production, Junaedi selaku founder pengolahan limbah plastik “Kreseka” Desa Wisata Sedayu, dan Asep Saepuddin selaku Dosen HI UPN "Veteran" Yogyakarta.
Penggunaan sampah di Indonesia memang terbilang sudah sangat banyak. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian disebutkan bahwa Indonesia merupakan penyumbang sampah terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Melalui seminar ini, IC berusaha menyadarkan para kawula muda untuk mengurangi dan mengatasi masalah penggunaan plastik. Sebagai bentuk kepedulian IC terhadap lingkungan, turut dibagikan totebag bagi para peserta seminar.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya IC sebagai Kelompok Studi Mahasiswa yang ada di Jurusan Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta mengadakan agenda tahunan berupa workshop, maka kali ini IC mengusung agenda berbeda bernama ICOM. Agenda ini bertujuan mengajak para pemuda untuk sadar terhadap isu-isu tertentu dan ikut turun tangan untuk menyelesaikannya. Pada tahun ini, isu lingkungan menjadi fokus utama ICOM.
ICOM 2017 terlaksana dalam tiga rangkaian acara. Rangkaian ini diawali dengan Lomba Fotografi Online atau Online Campaign Photography tentang isu lingkungan, terutama penggunaan plastik di Indonesia pada 10-31 Oktober 2017. Kemudian, agenda dilanjut dengan Pameran Limbah Kriya pada 2-7 November 2017 di Lobi Gedung Agus Salim Kampus II UPN "Veteran" Yogyakarta. Sebagai acara puncaknya adalah Seminar Nasional pada Selasa (7/11).
“Isu lingkungan ini dipilih karena saya sebagai mahasiswa HI menyadari bahwa isu yang krusial dibahas tidak hanya high politics saja, tetapi low politics seperti isu lingkungan juga menjadi penting, karena dampak dari kelalaian lingkungan itu dirasakan secara global," jelas Patricia Narulita Prajogo selaku ketua panitia ICOM 2017. Ia juga memandang bahwa pemuda memiliki peran yang penting dalam mengurangi dan mengatasi masalah limbah plastik ini.
“Hampir 20% warga negara Indonesia adalah pemuda dan kalau semua pemuda itu diberdayakan, ditingkatkan kesadarannya untuk membereskan isu ini, menurut saya itu akan membantu Indonesia untuk mengurangi limbah plastik," tambahnya.
Sekitar 90 peserta terlibat dalam Seminar Nasional ICOM 2017. Tidak hanya diikuti oleh mahasiswa HI UPN “Veteran” Yogyakarta, seminar ini juga dihadiri oleh institusi lain. Beberapa di antaranya ialah Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) Riau, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Sebelas Maret.
Antusias masyarakat khususnya pemuda dalam seminar ini terbilang cukup tinggi. Pasalnya lima pembicara yang didatangkan tidak tanggung-tanggung karena berasal dari berbagai bidang terkait isu lingkungan, seperti Dewi Justitia Meidiawati dari Direktorat Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri Indonesia, Fauzi dari Greenpeace, Jaya Setiawan Gulo selaku UNEP Youth Ambassador for Sustainable Consumtion and Production, Junaedi selaku founder pengolahan limbah plastik “Kreseka” Desa Wisata Sedayu, dan Asep Saepuddin selaku Dosen HI UPN "Veteran" Yogyakarta.
Penggunaan sampah di Indonesia memang terbilang sudah sangat banyak. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian disebutkan bahwa Indonesia merupakan penyumbang sampah terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Melalui seminar ini, IC berusaha menyadarkan para kawula muda untuk mengurangi dan mengatasi masalah penggunaan plastik. Sebagai bentuk kepedulian IC terhadap lingkungan, turut dibagikan totebag bagi para peserta seminar.
“Mungkin kita memang tidak bisa menghilangkan sama sekali tapi bisa menguranginya dengan membawa tumbler sebagai pengganti botol minuman kemasan dan kita sudah berupaya untuk memberikan totebag supaya kita mengurangi penggunaan plastik," jelas Patricia.
Kesadaran kawula muda tentang penggunaan plastik ini terbilang masih sangat rendah. Meski pemerintah sempat melakukan upaya pengurangan penggunaan plastik dengan menggagas wacana kantong plastik berbayar, tetapi upaya ini ternyata belum mampu menyelesaikan permasalahan. Patricia menuturkan bahwa orang lebih memilih membayar ketimbang mengurangi penggunaan plastik itu sendiri. Hal ini dibenarkan oleh Monica Kusuma Suryandari, salah seorang peserta.
Kesadaran kawula muda tentang penggunaan plastik ini terbilang masih sangat rendah. Meski pemerintah sempat melakukan upaya pengurangan penggunaan plastik dengan menggagas wacana kantong plastik berbayar, tetapi upaya ini ternyata belum mampu menyelesaikan permasalahan. Patricia menuturkan bahwa orang lebih memilih membayar ketimbang mengurangi penggunaan plastik itu sendiri. Hal ini dibenarkan oleh Monica Kusuma Suryandari, salah seorang peserta.
“Botol minum sendiri aku udah pake tumbler, untuk belanja di supermarket masih cukup sering pakai plastik karena kadang males atau lupa bawa tempat belanja sendiri gitu. Kalo bawa tas sendiri buat belanja itu masih berat untuk kita,” ujar Monica, mahasiswa HI UPN “Veteran” Yogyakarta angkatan 2015.
Diadakannya seminar ICOM tentang penggunaan plastik ini telah membuka pola pikir beberapa kawula muda bahwa limbah plastik sulit untuk diurai dan harus ada tindakan berupa pengurangan dan pemanfaatan limbah plastik. “Sejauh ini saya masih sering menggunakan plastik seperti botol-botol air mineral, melalui seminar ini saya jadi tau bahaya penggunaan plastik dan berfikir pemanfatan limbah plastik yang bisa digunakan lagi misalnya untuk tabungan atau tempat pensil,” tutur Lutfi Febri Ramadhani mahasiswa HI angkatan 2015.
Meski antusiasme peserta tinggi, Monica sebagai peserta menyayangkan masih adanya beberapa penyampaian materi yang terlalu umum dan belum mengerucut pada fokus tema yang diusung.
“Aku liat pembicaranya menarik, tapi ternyata ada narasumber yang kurang sesuai sama ekspektasiku seperti menyampaikan hal-hal secara umum yang notabene mahasiswa itu udah tau. Seharusnya mereka memberikan contoh yang konkret kayak mahasiswa itu sebagai generasi penerus harus berbuat apa dengan keadaan yang sudah seperti ini,” tutup Monica. (Bety Regina)
Diadakannya seminar ICOM tentang penggunaan plastik ini telah membuka pola pikir beberapa kawula muda bahwa limbah plastik sulit untuk diurai dan harus ada tindakan berupa pengurangan dan pemanfaatan limbah plastik. “Sejauh ini saya masih sering menggunakan plastik seperti botol-botol air mineral, melalui seminar ini saya jadi tau bahaya penggunaan plastik dan berfikir pemanfatan limbah plastik yang bisa digunakan lagi misalnya untuk tabungan atau tempat pensil,” tutur Lutfi Febri Ramadhani mahasiswa HI angkatan 2015.
Meski antusiasme peserta tinggi, Monica sebagai peserta menyayangkan masih adanya beberapa penyampaian materi yang terlalu umum dan belum mengerucut pada fokus tema yang diusung.
“Aku liat pembicaranya menarik, tapi ternyata ada narasumber yang kurang sesuai sama ekspektasiku seperti menyampaikan hal-hal secara umum yang notabene mahasiswa itu udah tau. Seharusnya mereka memberikan contoh yang konkret kayak mahasiswa itu sebagai generasi penerus harus berbuat apa dengan keadaan yang sudah seperti ini,” tutup Monica. (Bety Regina)
(Editor: Mufqi Rafif)
Tulis Komentarmu