Beda Karakter Mahasiswa, Dekan FISIP Pesimis Mahasiswa Ikuti Aturan
Kebijakan seragam di UPN "Veteran" Yogyakarta belum dipatuhi oleh seluruh mahasiswa. (Foto: Leo Bisma) |
Menurut Surat Edaran Rektor no 1-0/UN62/SE/2018 tentang pemakaian bagi mahasiswa, pemberlakuan peraturan itu dimulai hari ini. Namun, di tengah pro-kontra akibat surat edaran tersebut, Dekan FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta, Machya Astuti Dewi, memberi pernyataan bahwa akan sulit untuk menerapkan kebijakan terbaru tersebut pada mahasiswa khususnya di FISIP.
Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran perbedaan karakter mahasiswa di tiap fakultasnya. Ia memberi sebuah perumpamaan, bahwa mahasiswa teknik mungkin lebih mudah menerapkan kebijakan tersebut. Apa yang ia maksud yakni antara mahasiswa di fakultas rumpun teknik dengan FISIP tentu saja memiliki frame yang berbeda.
“Mereka (mahasiswa teknik) sudah dikondisikan serba tertib, serba teratur, karena hal tersebut akan dibawa ke lingkungan kerja mereka yang di bawah sistem,” ungkapnya saat ditemui di kantornya pada Senin, (19/2).
Meski begitu, secara pribadi dirinya ikut mendukung dan berharap sekiranya mahasiswa di FISIP dengan sukarela menaati peraturan tersebut. Ia menambahkan bahwa seragam juga mampu memberi efek positif bagi mahasiswa yakni kekompakan atau yang kemudian ia sebut sebagai “Jiwa Korsa”.
Dosen Hubungan Internasional ini juga berharap agar kebijakan ini benar-benar dipersiapkan secara matang. Setidaknya kampus menyediakan seragam dengan ketentuan yang telah ditetapkan, jadi kebijakan ini bisa berfungsi maksimal sesuai dengan tujuannya.
Hal senada juga diucapkan oleh Mahendra Darujati, Gubernur BEM FISIP. Menurutnya, jika pimpinan kampus ingin menyeragamkan mahasiswa, maka kebijakan harus dipersiapkan dan diatur dengan rinci mengenai kriteria seragam yang ditetapkan.
“Penerapan seragam bagi seluruh mahasiswa memang tidak mudah, dan bisa jadi merupakan langkah yang tidak tepat. Apalagi hanya diterapkan kepada mahasiswa tingkat tertentu, hal tersebut tentu memicu terjadinya senioritas di lingkungan kampus,” sambungnya.
Terlebih, ia merasa bahwa penyeragaman merupakan langkah yang kurang tepat untuk menumbuhkan jiwa bela negara pada mahasiswa FISIP. Menurutnya, dibandingkan menyeragamkan mahasiswa, lebih penting untuk membina mental mahasiswa jika tujuannya untuk menanamkan nilai bela negara. Bahkan ia sempat mengkhawatirkan akan terjadi kebijakan-kebijakan “susulan’’ dari kampus bermula dari surat edaran mengenai penyeragaman mahasiswa ini.
Tak luput memberi pernyataan, Ananta Irham, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2017 merasa bahwa kebijakan ini sungguh amat merugikan mahasiswa. Ia berkata demikian karena mendapati beberapa kali tidak dipersilahkan masuk ruangan kuliah hanya karena tidak mengenakan seragam.
“Ini membuat kami tertekan,’’ ungkapnya di sela-sela tanya jawab. Ia menambahkan bahwa semenjak kebijakan ini, tak jarang ia dan teman seangkatannya mendapat perlakuan kurang mengenakkan yakni mendapat cap seperti “anak magang”. (Leo Bisma)
Editor: Lajeng Padmaratri
Tulis Komentarmu