Perguruan Tinggi Harus Siap Hadapi Disrupsi
Pembukaan diskusi Tantangan Perguruan Tinggi di Era Disrupsi di Lab PR pada Rabu (7/3). (Foto: Farhan Kurniadi R.) |
Sikap, Sleman – Perguruan tinggi yang notabene melahirkan insan berwawasan global, mau tidak mau turut terpapar efek disrupsi. Hal ini menjadi topik utama diskusi pada Rabu siang kemarin (7/3) yang bertema Tantangan Perguruan Tinggi di Era Disrupsi di Lab Public Relations Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Disrupsi dalam definisinya adalah perubahan kondisi di masyarakat yang menjadikan kegiatan sehari-hari menjadi serba mudah, murah, dan cepat. Perubahan ini mengakibatkan munculnya pola hidup yang dirasa lebih efeisien dan serba instan.
Pendapat mengenai fenomena disrupsi dituturkan oleh Iswandi Syahputra, dosen dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, “Kalau nggak mau berubah, nggak mau menyerap tentang disrupsi, maka akan tertinggal.” Dia menjelaskan bahwa disrupsi membuat perguruan tinggi harus menciptakan sistem sesuai dengan keinginan pasar, bukan sesuai sistem yang sesuai kompetensi.
Tidak hanya itu, Fathul Wahid, pembicara dari Universitas Islam Indonesia juga menjelaskan jika perguruan tinggi sebaiknya menerapkan teknologi yang terintegrasi. Sehingga dalam praktek sehari-harinya mahasiswa semakin cerdas dan terampil menghadapi masalah-masalah yang ada di sekitar. “Sekarang sudah ada aplikasi yang menghimpun tugas-tugas mahasiswa saya. Jadi tidak perlu repot. Kalau ada kepentingan, saya umumkan saya melalui aplikasi tersebut, lalu semua mahasiswa akan langsung mendapatkan notifikasi,” tambahnya.
Aspek-aspek pendukung seperti sarana dan kompetensi pengajar menjadi bagian penting dalam menghadapi tantangan di era disrupsi ini. Pastinya disrupsi juga merubah rancangan anggaran tiap kampus, dengan kebutuhan yang berbeda-beda.
Sedangkan menurut Subhan Afifi, pembicara dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, ada tiga gagasan utama yang ia sampaikan berkaitan dengan Jurusan Ilmu Komunikasi. Tiga hal itu yaitu identifikasi Ilmu Komunikasi, industri kreatif, serta spirit dan filosofi. Semua itu terkait dengan disrupsi di tingkat fakultas.
Tantangannya adalah penyesuaian diri. Manusia yang dapat beradaptasi dengan kebaruan dalam era disrupsi ini tentu bisa mengikuti alur sosial yang ada. “Kepastian masa depan yang hadir hari ini adalah disrupsi,” tegas Iswandi. (Rahayu Sekar Jati)
Editor: Lajeng Padmaratri
Tulis Komentarmu