Atap Senja, Rumah Pendidikan di Bantaran Sungai Winongo
Anak-anak Kampung Badran antusias belajar bersama Komunitas Atap Senja. (Foto: Ganisha P) |
Mereka dengan meriah menyambut pengajar yang Rabu (25/04) malam itu tiba sekitar pukul tujuh. Tanpa rasa segan, anak-anak Kampung Badran memeluk dan melontarkan senyuman lebarnya kepada para volunteer yang secara rutin datang mengajar setiap minggunya.
Itulah rutinitas anak Kampung Badran setiap Rabu malam. Didampingi relawan pengajar dari Atap Senja, mereka belajar bersama di Gedung Serbaguna RT mereka masing-masing, mulai dari RT 47, 48, 50, hingga 51. Dengan semangat, mereka menghampiri gedung serbaguna saat para volunteer datang membuka pintu dan menggelar karpet. Para anak Kampung Badran sangat senang ketika ada orang yang memberi bantuan berupa ilmu kepada mereka.
Itulah rutinitas anak Kampung Badran setiap Rabu malam. Didampingi relawan pengajar dari Atap Senja, mereka belajar bersama di Gedung Serbaguna RT mereka masing-masing, mulai dari RT 47, 48, 50, hingga 51. Dengan semangat, mereka menghampiri gedung serbaguna saat para volunteer datang membuka pintu dan menggelar karpet. Para anak Kampung Badran sangat senang ketika ada orang yang memberi bantuan berupa ilmu kepada mereka.
“Aku senang belajar di sini. Habisnya seru, terus kakaknya lucu-lucu,” ujar Nurul, salah satu murid Atap Senja saat ditanya mengenai alasan kehadirannya malam itu.
Mayoritas warga yang hidup di bantaran Sungai Winogo memiliki perekonomian keluarga yang kurang beruntung. Terkadang, para orang tua anak-anak Kampung Badran tidak bisa membantu mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru di sekolah. Untuk itu, Atap Senja membuat kegiatan belajar bersama setiap Rabu malam. Tidak hanya membantu pengerjaan PR, para volunteer juga mengajarkan pelajaran moral yang terkadang tidak didapatkan di lingkungan rumah.
Seperti yang dialami Gharda, salah satu murid Atap Senja yang kini duduk di kelas 4 SD. Diakuinya, saat di rumah, orang tuanya sering menonton sinetron yang tidak diperuntukan untuk anak-anak. Oleh karena itu, dia kerap mengikuti kebiasaan orang tuanya. Bahkan sempat, ibunya mengajak dirinya datang ke konser Via Vallen, salah seorang penyanyi dangdut yang kerap disaksikannya di layar kaca.
“Aku kalau sudah besar pengen jadi kayak Via Vallen,” ungkap Gharda saat ditanya mengenai cita-cita.
Relawan pengajar datang dari latar belakang mahasiswa. (Foto: Ganisha P) |
Para pengajar di Atap Senja terdiri dari anggota komunitas Atap Senja dan anggota BEM FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta, terutama anggota BEM FISIP Divisi Pengabdian Masyarakat. Mereka bergotong-royong mengajar anak-anak Kampung Badran setiap minggunya.
Suasana berbeda nampak pada Rabu lalu. Komunitas Atap Senja dan anggota BEM FISIP UPNYK dibantu oleh calon anggota FIM (Forum Indonesia Muda) dalam mengenalkan cita-cita kepada anak-anak. Anak-anak Kampung Badran yang terdiri dari murid TK hingga SD dengan semangat mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Mereka dengan senang menuliskan cita-cita dan mimpi mereka di sebuah kertas warna-warni, yang kemudian digantungkan dalam tangkai pohon buatan.
Suasana berbeda nampak pada Rabu lalu. Komunitas Atap Senja dan anggota BEM FISIP UPNYK dibantu oleh calon anggota FIM (Forum Indonesia Muda) dalam mengenalkan cita-cita kepada anak-anak. Anak-anak Kampung Badran yang terdiri dari murid TK hingga SD dengan semangat mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Mereka dengan senang menuliskan cita-cita dan mimpi mereka di sebuah kertas warna-warni, yang kemudian digantungkan dalam tangkai pohon buatan.
Impian mereka beragam. Ada yang ingin menjadi seorang dokter, koki, artis Korea, bahkan ada yang ingin menjadi seorang vlogger. Setelah menuliskan cita-cita mereka, para pengajar berpesan agar mereka menempelkan kertas yang bertuliskan impian mereka di dinding kamar. Hal ini agar para siswa Kampung Badran selalu mengingat impian mereka dan bertekad untuk mewujudkannya. (Ganisha Puspitasari)
Editor: Lajeng Padmaratri
Tulis Komentarmu