Lesunya Semangat Demokrasi
Beberapa mahasiswa FISIP menjadi partisipan pemura. (Foto: Bisma) |
Ada yang berbeda di Taman Pentagon Kampus 2 Babarsari UPN
"V" Yogyakarta, Selasa (13/11) kemarin. Biasanya, Taman Pentagon kosong dan hanya menjadi tempat berlalu lalang beberapa mahasiswa. Hari itu terlihat adanya dua bilik dan kotak suara di
tengah lokasi. Panitia
Pemilu Raya Mahasiswa dan Musyawarah Besar (PPRMM) duduk di dekat
bilik untuk mendata partisipan. Dari situasi,
nampak sedang
dilaksanakan pemilihan umum Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP UPN "Veteran”
Yogyakarta.
Sudah dipublikasikan oleh BEM FISIP UPN
"V" YK melalui media sosial, bahwa Selasa pagi itu akan diadakan pemilihan Ketua dan
Wakil Ketua BEM FISIP. Mahasiswa Hubungan Internasional juga diminta untuk
memilih Ketua HIMAHI (Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional). Letak kotak suaranya pun bersebelahan
dengan kotak
suara BEM FISIP. Namun, meski publikasi sudah disebarluaskan, lokasi
pemilihan suara tetap sepi hingga sore menjelang bilik suara ditutup.
Ketua PPRMM, Anak Agung Bima, tampak tidak sibuk untuk
kami mintai keterangan. Bima, begitu dia ingin disapa, membantu menjelaskan
situasi pencoblosan yang terlihat saat itu. Ketua PPRMM tersebut mengaku bahwa
menurut sepengetahuannya, partisipan dalam pencoblosan Ketua BEM FISIP dari tahun
ke tahun selalu lemah. Tidak terasa antusias yang gembira dari warga FISIP.
“Selain kurang meluasnya publikasi, faktor lain ialah
terpecahnya BEM FISIP dari BEM KM. Sudah tidak banyak yang ikut BEM KM saat
ini, karena dirasa kurang cepat dalam pengambilan keputusan,” terangnya.
Selain kurangnya antusias menggunakan hak pilih, rupanya
hal tersebut juga terjadi dalam pencalonan ketua BEM FISIP. Bima menambahkan
keterangannya, bahwa ini menjadi alasan mengapa tiga tahun berturut-turut
mereka mengajukan hanya satu calon pasangan.
“Antusias untuk mencalonkan diri menjadi ketua BEM FISIP
masih sangat kurang, bahkan kandidat ini ditunjuk oleh pihak tertentu untuk
menjadi calon ketua. Bukan berdasar pengajuan diri,” tutur Bisma Ketua PPRMM.
Ketika ditanya, bagaimana syarat memenangkan paslon
tunggal ini, dia menerangkan bahwa harus memenuhi 50%+1 total suara. Jika
jumlah kotak kosong lebih banyak, artinya akan terjadi aklamasi. Sehingga,
keputusan akan diserahkan kepada pihak BEM dan DPM.
Tidak lama setelah kami mewawancarai Bima, hujan turun.
Ia dan segenap PPRMM dibuat sibuk dengan memindahkan bilik dan kotak suara
menuju lobi belakang Gedung Agus Salim. Ketika jam makan siang tiba, beberapa
mahasiswa nampak mulai ikut mendatangi PPRMM untuk mengikuti pencoblosan. Mayoritas
pemilih berasal adalah mahasiswa Hubungan Internasional.
Dua mahasiswi
Hubungan Internasional yang menggunakan hak pilihnya. (Foto: Umar)
|
Arneta dan Yohana, kedua mahasiswi Hubungan Internasional
menuturkan bahwa, menurut mereka publikasi yang dilakukan sudah cukup baik. Hal
yang dirasa kurang dari pemura hari itu ialah, kurang jelasnya informasi sistem
penggunaan hak suara, dan letak yang kurang strategis dikarenakan faktor cuaca.
“Tadi masih bingung harus masuk lewat mana, harus gimana,
dan sebagainya. Jadi kurang jelas aja sistemnya,” ungkap kedua mahasiswi
angkatan 2017 tersebut.
Kami berusaha menemui narasumber dari prodi lainnya, lalu
kami bertemu Tinesia Eka, mahasiswi Ilmu Komunikasi. Ia menyadari bahwa tidak
banyak dari prodi Ilkom terutama angkatan 2017, yang memiliki kesadaran untuk
menggunakan hak pilihnya.(Anindya Devi)
Editor: Ganisha Puspitasari
Tulis Komentarmu