Meneladani Peran Mahasiswa Melalui Sosok Soe Hok Gie
Sampul buku (foto: goodreads.com) |
Judul:
Catatan Seorang Demonstran
Penulis:
Soe Hok Gie
Cetakan,
tahun: 15, 2015
Jumlah
halaman: xxx + 385 hlm
Kota,
penerbit : Jakarta, LP3ES
Hari Senin pagi tanggal
10 Januari adalah hari yang sangat penting dalam sejarah pergerakan mahasiswa
Indonesia. Kira-kira jam depalan aku sampai di halaman Fakultas Kedokteran,
sebuah gedung yang sangat bersejarah. Di gedung ini pula dua puluh tiga tahun yang
lalu mahasiswa-mahasiawa Indonesia beontak terhadap Jepang karena tidak mau
digunduli kepalanya.
Soalnya bukan
digunduli, tetapi soalnya adalah perlawanan terhadap kesewenang-wenangan
Jepang. Mereka akhirnya kalah, tetapi semangat hidup terus. Dan empat puluh
delapan tahun yang lalu, sekelompok pemuda-pemuda dan siswa-siswa Sekolah
Dokter Jawa di bawah pemda Sutomo mencetuskan Budi Utomo, dan dengan demikian
mulailah awal dari pergerakan nasional Indonesia.
Jakarta, 25 Januari
1966
Soe
Hok Gie atau kerap disapa Gie adalah aktivis mahasiswa berdarah
Indonesia-Tionghoa. Ia seorang mahasiswa jurusan sejarah Universitas Indonesia yang
memiliki pola pikir kritis dan jiwa pemberani yang kuat. Dari usia remaja Gie
sudah mulai sadar mengenai ketidakadilan yang ada di negeri ini. Gie gusar
dengan keadaan Indonesia yang saat itu dipimpin oleh Soekarno. Berbagai kritik
ia lontarkan kepada pemerintah melalui tulisan-tulisan yang ia buat. Gie giat mengirimkan
kritikan di surat-surat kabar dan majalah. Selain itu, dirinya juga aktif mengikuti
demo dengan para mahasiswa lain untuk melawan pemarintahan. Dalam demonya, Gie
dan demonstran lain melontarkan sindiran-sindiran keras kepada menteri-menteri
yang waktu itu sedang menjabat.
“Win,
kawin, kawin
Ada menteri tukang
kawin.”
“Di
sininilah di sini kita bertemu lagi
Di
sininilah di sini kita bertemu lagi
Ganyang, ganyang,
ganyang Menteri Goblok, hai!”
“Gani:
Siapa yang tidak penah naik bus?
Siapa
yang naikan harga bensin?
Siapa
yang suka bikin janji?
Siapa
yang suruh rakyat makan jagung?
Siapa
yang kerjanya foya-foya di HI?
Siapa
yang memboroskan kekayaan Bangsa di luar negeri?
Dan massa menjawab: “Menteri”.”
Soe
Hok Gie selalu menuangkan perjalanan hidupnya di buku harian. Buku harian inilah
yang kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Catatan Seorang Demonstran.
Buku ini diterbitkan oleh teman-teman Gie untuk mengenang segala perjuangannya
setelah Gie wafat. Gie mati muda pada usia 27 tahun karena menghirup gas
beracun saat melakukan pendakian di Gunung
Merbabu. Catatan Seorang
Demonstran berisi catatan kegiatan sehari-hari yang dilalui oleh Gie sejak kecil hingga wafat. Catatan-catatannya mampu membuat
pembacanya memperoleh gambaran mengenai apa yang sedang terjadi di masa itu. Situasi
tahun 60-an yang penuh dengan
demontrasi mahasiswa dan sistem politik yang kacau dan kotor yang ditulis Gie benar-benar membuat
pembaca turut serta merasakan emosi yang dialaminya.
Catatan
Seorang Demonstran merupakan wujud nyata dari kehidupan seorang mahasiswa yang
patut diteladani karena gigih memperjuangkan keadilan dan kehidupan yang rukun.
Namun, karena Catatan Seorang Demonstran benar-benar hanya berisi catatan
perjalan dari Gie, alur dari kisah yang ditampilkan banyak yang terpotong dan
tidak mendetail. Pembaca hanya bisa melihat situasi yang terjadi dari apa yang
dirasakan Gie saat itu tanpa tahu yang sebenarnya. Walaupun demikian, buku ini
benar-benar menyadarkan pembaca mengenai bagaimana peran mahasiswa yang
sesungguhnya. Mahasiwa adalah agen perubahan yang harus terus bergerak untuk
mengubah negara dan masyarakat menjadi lebih baik. Mahasiswa harus berani
mengambil tindakan dan menanggung resiko untuk kepentingan masyarakat bersama. Hal itulah yang dicerminkan oleh sosok Soe Hok
Gie melalui catatannya di dalam buku Catatan Seorang Demonstran. (Fajar Isusilaning Tyas)
Editor:
Aqmarina Laili Asyrafi
Tulis Komentarmu