Tren Mendaki Gunung Tanpa Memperhatikan SOP
Pendaki berfoto di daerah pegunungan (Foto: Faya) |
Beberapa tahun belakangan ini, mendaki gunung menjadi tren di kalangan anak muda. Tren ini muncul akibat banyaknya film-film yang memperlihatkan keindahan pemandangan di atas gunung. Salah satunya adalah film 5 cm yang diangkat dari novel karya Donny Dhirgantara. Film ini memperlihatkan keindahan Gunung Semeru yang berada di Jawa Timur. Akibat 5 cm, kegiatan mendaki gunung yang awalnya hanyalah kegiatan tertutup bagi kalangan pecinta alam, menjadi kegiatan terbuka bagi khalayak umum. Mirisnya, banyak dari mereka tidak paham mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian.
Tren mendaki gunung tidak hanya muncul
akibat film semata. Hal ini juga diakibatkan oleh media sosial, seperti
Instagram yang sering kali menjadi ajang promosi keindahan alam. Banyaknya
pengguna Intagram yang memamerkan pemandangan pegunungan yang indah, mengakibatkan
pengguna Instagram lainnya tertarik untuk mendaki, meskipun tidak mengatahui
SOP-nya.
Gunung-gunung indah yang ada di
Indonesia seperti, Merapi, Merbabu, Semeru, Slamet, dan Rinjani sontak ramai akan pendaki awam. Mereka berlomba-lomba untuk mendaki gunung dengan sajian
alamnya yang eksotis. Para pendaki awam ini, berbondong-bondong sampai puncak
hanya untuk pemenuhan konten Instagram dengan cara berswafoto di atas gunung,
berharap mendapat respon yang baik dari pengikutnya.
Bukan untuk konten media sosial semata,
banyak pendaki awam yang hanya beralasan ‘diajak teman’ untuk mengekplor
keindahan alam pegunungan. Kebanyakan dari mereka tidak mengerti SOP pendakian.
Akibatnya, permasalahan tersesat dan terkena hipotermia sering dijumpai. Bahkan, kasus kehilangan nyawa saat pendakian beberapa kali terjadi.
Kerusakan alam adalah problematika
lainnya. Banyak pendaki yang sejatinya tidak mencintai alam. Hal ini terbukti
dengan banyaknya sampah di sekitar objek gunung. Gunung yang indah lambat laun
dipenuhi sampah, seiring dengan menlonjaknya jumlah pendaki. Tentu ini menjadi
ironi, mengingat semua kegiatan yang bercirikan taddabur alam, sontak menjadi kegiatan yang merusak alam.
Oleh sebab itu, seharusnya para pengikut
tren mendaki gunung, mengetahui SOP terkait. Sehingga, tidak akan menimbulkan
dampak yang merugikan bagi diri pendaki sendiri maupun alam. (Faya Lusaka)
Editor: Ganisha Puspitasari
Editor: Ganisha Puspitasari
Tulis Komentarmu