Kenali, Pahami, dan Akui Privilegemu!
Ketujuh stafsus milenial bersama Jokowi di depan Istana Merdeka Jakarta (Sumber: Tempo) |
Belum lama ini, publik dikejutkan dengan pengangkatan staf khusus (stafsus) milenial presiden yang ditunjuk
secara langsung oleh Ir. H. Joko Widodo pada Kamis
(21/11). Tercatat, sebanyak 7 orang dari berbagai latar belakang yang berbeda diumumkan
di halaman tengah Istana Merdeka, Jakarta. Dengan kemaja putih dan celana
hitam, Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa Jokowi, memperkenalkan ketujuh
orang yang ia pilih untuk membantunya selama 5 tahun kedepan.
Keterkejutan publik akan
pengangkatan stafsus kemarin bukanlah tanpa alasan. Jika dalam beberapa periode
pemerintahan sebelumnya istana seakan-akan “alergi” terhadap presensi anak
muda, ketujuh nama yang disebutkan oleh Jokowi berasal dari generasi milenial dengan
rentang usia 19-39 tahun.
Saya mengakui sebagai anak muda,
dahaga akan representasi dari generasi seperti saya di lingkaran istana sudah
mencapai puncaknya. Revolusi 4.0 yang telah dan akan berlangsung tentunya akan
memberikan dampak yang masif kepada generasi kami.
Tanggapan pun datang dari
berbagai kalangan terkait pengangkatan ketujuh stafsus tersebut. Banyak yang
memuji, tidak sedikit yang menghina. Bagi sebagian masyarakat, kejadian kemarin
merupakan harapan untuk generasi mendatang. Bak Oase di tengah gurun pasir atau
colokan dan wifi di café saat
malam minggu, banyak yang berbinar-binar matanya ketika Jokowi memperkenalkan
ketujuh muda mudi representasi kalangan milenial tersebut.
Nampaknya proverb yang mengatakan
bahwa “netizen tidak pernah salah” kembali terbukti relevansinya. Banyak dari warganet
mempertanyakan kompetensi serta privilege yang dimiliki oleh susunan stafsus
tersebut. Memangnya, apa sih privilege ini? salahkah jika seseorang memiliki
privilege dibandingkan orang lain?
Privilege sendiri
merupakan kata dari bahasa inggris dengan arti “hak istimewa” yang dimiliki, oleh
individu ataupun kelompok. Hak istimewa disini mengacu kepada hal-hal yang
memudahkan seseorang untuk menjalani hidupnya dibandingkan orang lain.
Kekayaan, status, etnisitas, gender, akses, dan anggota tubuh yang sempurna
merupakan beberapa contoh privilege yang dimiliki oleh seseorang.
Saya bisa berkuliah di UPN
merupakan privilege yang saya miliki. Anda yang mungkin meraih beasiswa juga
merupakan keuntungan yang didapat dari adanya privilege. Kebanyakan
orang berfikir bahwa beasiswa merupakan suatu hasil dari kerja keras individu semata.
Mereka seolah-olah meniadakan keuntungan untuk mendapatkan akses serta informasi
dari beasiswa tersebut. Jika beasiswa hanyalah hasil dari jerih payah diri sendiri,
Apakah seseorang yang tinggal di tempat dengan minimnya listrik dan arus
informasi dapat berada di posisi yang sama jika hanya mengandalkan kerja keras?
Tentu tidak.
Tidak ada yang salah jika dirimu
memiliki privilege dibandingkan orang lain. Tidak ada yang salah juga
jika orangtuamu berhasil membentuk keluarga yang financially stable
dan harmonis. Akan tetapi, jika kalian sebagai individu me-negasikan beberapa
faktor diatas dan berlagak lupa akan keuntungan yang kalian dapatkan, jangan salahkan
jari-jari “netizen budiman” yang akan menghakimi kalian.
Privilege tentunya
akan memunculkan kecemburuan sosial bagi mereka yang tidak mendapatkannya. Oleh
karena itu, perlu adanya pengakuan dari dalam diri bahwa kalian memang lebih
beruntung dari mereka. Kalian tidak perlu menepuk dada dan merendahkan usaha
mereka yang tidak seberuntung kalian. Karena sejatinya, tanpa ada suruhan pun
manusia akan melakukan upaya untuk mencapai sesuatu. Oleh karena itu, kenali,
pahami, dan akui privilege yang kalian punya! (Mohamad Rizky Fabian)
Editor: Ayu Fitmanda Wandira
Editor: Ayu Fitmanda Wandira
Tulis Komentarmu