Partisipasi Faperta Vs Fisip dalam Pemilihan Presma
Infografis Data Partisipasi Mahasiwa Faperta dan Fisip dalam Pemilihan Presma |
Konsistensi Partisipasi
Mahasiswa
Faperta secara konsisten aktif dalam kegiatan berpolitik di lingkup
universitas. Selain banyak yang menjadi bagian dari BEM KM, mahasiswa fakultas
ini selalu aktif mencalonkan diri setiap ada pembukaan calon Presiden Mahasiswa
(Presma). Pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), BEM Fakultas, dan
Presma menjadi ajang yang mencuri perhatian. Mereka menggelar diskusi untuk
membahas calon Ketua Organisasi Kemahasiswaan yang disambut dengan antusiasme
tinggi oleh mahasiswa di fakultas tersebut.
“Budaya
politik di Pertanian dari dulu memang sudah aktif. Kakak tingkat selalu
mengarahkan kami untuk aktif di dunia politik kampus serta peka dengan segala
kebijakan yang ada,” jelas Yusni Panjaitan, Staf Minat dan Bakat BEM Faperta.
Menurutnya, aktivitas yang aktif dalam berpolitik sudah menjadi budaya turun-temurun
yang diwariskan antar angkatan di Faperta.
Melihat
aktivitas politik mahasiswa secara keseluruhan yang masih sangat kurang,
Artiyanza Putra, Mahasiswa Agribisnis 2017, berharap semangat Faperta dalam
berpolitik di kampus bisa dijadikan contoh untuk fakultas lain. "Sebagai
Mahasiswa UPN, kita harus lebih sering duduk bersama untuk berdiskusi. Perlu
untuk menyelaraskan pola pikir serta visi dan misi agar bisa bergerak bersama
membenahi kampus kita tercinta,” ungkap Staf Humas Himpunan Mahasiswa Agribisnis
(Himagri) tersebut.
Penyumbang Suara Terkecil
Dari
2.889 total suara yang masuk, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik hanya
menyumbang 235 suara. Menurut Leo Indarta selaku Gubernur BEM Fisip, ada
kesalahpahaman Mahasiswa UPN dalam memahami politik kampus. Hal ini berdampak
pada menurunnya antusiasme mahasiswa dalam berpolitik. Adanya konflik
horizontal antar mahasiswa membuat tergesernya esensi gerakan mahasiswa.
“Fungsi
Organisasi Kemahasiswaan sebagai wadah pengembangan intelektual, pengabdian
masyarakat, dan birokrasi dinomorduakan. Mereka lebih mengutamakan kegiatan
yang bertajuk hiburan semata. Iya, agenda cultural
memang dibutuhkan, tapi jangan sampai lupa akan fungsi utama Organisasi
Kemahasiswaan,” papar Mahasiswa Hubungan Internasional 2016 tersebut.
Ia
melanjutkan, faktor tersebut menjadi salah satu penyebab terkikisnya budaya
mahasiswa yang berintelektual. Banyak mahasiswa Fisip yang menganggap
Organisasi Kemahasiswaan sebagai hal yang tidak penting sehingga menarik diri
untuk peduli dengan politik kampus.
Sebagai
pimpinan Organisasi Kemahasiswaan, Leo paham betul dengan budaya yang kurang
tepat ini. Ia pun sudah berusaha untuk mengubah budaya ini dengan rutin
mengadakan diskusi ilmiah dan agenda pengembangan diri, namun tidak disambut
dengan semangat yang tinggi dari Mahasiswa Fisip.
“Rendahnya
antusiasme dalam berpolitik di kampus berbanding lurus dengan kualitas
Organisasi Kemahasiswaan. Tingginya biaya UKT, dibatasinya lama waktu
berkuliah, dan padatnya jam perkuliahan membuat banyak mahasiswa tidak mampu
lagi menjalankan fungsi mahasiswa sebagaimana mestinya,” tutupnya.
Pendapat
lain datang dari Dosen Ilmu Komunikasi, Kartika Ayu. Menurutnya, aktivitas Mahasiswa
Fisip dalam Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) sangat tinggi, hal itu yang menyebabkan
antusiasme berpolitik di tingkat universitas menjadi rendah. Ia menambahkan bahwa
penyampaian informasi yang dilakukan pihak terkait tidak maksimal sehingga Pemilihan
Umum Raya (Pemura) kurang terdengar gaungnya di lingkungan Fisip. (Azura Aulia Azahra)
Editor: Ayu Fitmanda Wandira
Tulis Komentarmu