Menilik Persiapan Kampus Bela Negara Terhadap Proyek Jalan Tol Yogya-Solo
Patung di depan UPNVYK (Foto: Hafiyyana Nurlitasari) |
Disebut
sebagai kampus yang paling besar terkena
dampak
pembangunan jalan tol Yogya-Solo, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta (UPNVY) mulai
merancang persiapan. Menurut informasi yang dilansir dari detik.com pada
Selasa (4/2), pembangunan jalan bebas hambatan ini akan sampai di
halaman UPN. Meski demikian, pihak UPN mengaku belum mengetahui secara pasti
luas lahan yang nantinya akan ikut
terdampak.
“Sosialisasi
itu belum memberikan informasi secara detail mengenai lahan yang akan
terdampak. Itu baru dipresentasikan secara umum,” kata Irhas Effendy, Rektor
UPNVY ketika diwawancarai
pada (11/2).
Irhas
mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan penyusunan master plan baru
untuk kampus. Namun, hal itu masih bergantung dengan kepastian luas lahan
terdampak. Master plan yang disusun juga akan disesuaikan dengan proses
pembelajaran Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Markas Resimen Mahasiswa ((Foto: Hafiyyana Nurlitasari) |
“Untuk
pelebaran jalan tol, saya mengetahui bahwa nantinya pasti akan berdampak pada
posko Menwa. Jika memang harus
dilakukan penggusuran, maka pihak universitas perlu mendesain ulang bangunan
yang ada nantinya,” ucap Arlita.
Ia
berharap, posko Menwa akan tetap berada di bagian depan universitas. Hal ini dikarenakan
Menwa merupakan satuan yang turut ikut menjaga stabilisator dan dinamisator
kampus. Desain ulang bangunan juga diharapkan menjadi lebih baik dan lebih
strategis dari sekarang.
“Perihal
pembangunan jalan tol kaitannya dengan bangunan sekolah yang digusur, sebaiknya
tol tidak melalui bangunan sekolah atau bangunan lain yang kiranya bisa menganggu,”
ungkap Kharisma Ayu, Mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan 2017.
Dampak
lain yang menjadi pertimbangan adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh proyek
tol. Kharisma juga menambahkan bahwa dengan kondisi gedung yang sekarang,
kegiatan belajar mengajar masih sangat terganggu. Tidak dilengkapi dengan alat
kedap suara dan berada di samping jalan raya adalah alasan kebisingan yang
terjadi saat ini. Ditambah lagi, tidak ada peredam suara yang ada di gedung
Teknik Lingkungan.
“Peredam
suara di Teknik Lingkungan belum ada, kalau pengukur polusi udara sudah ada
alatnya. Untuk pengujian pernah dilakukan tapi dua tahun yang lalu. Dalam waktu dekat ini belum
pernah, jadi nggak bisa dijadikan
acuan aman atau tidaknya,” tambah Kharisma.
Kenyamanan
belajar mengajar mahasiswa harus dijadikan pertimbangan. Menurut Kharisma,
keputusan dari kampus harus bisa mempertimbangkan hal ini. Mengingat kondisi
sekarang sudah cukup bising dan mengganggu, master plan kampus diharap
bisa menyesuaikan keadaan.
“Relokasi
tempat yang terkena dampak akan disesuaikan dengan master plan yang
pasti banyak berubahnya,” ucap Irhas.
Tak
dipungkiri bahwa masih banyak yang harus diperbaiki oleh pihak kampus. Tim master
plan yang sebelumnya sudah melakukan beberapa presentasi juga harus
melakukan perubahan dengan adanya proyek tol Yogya-Solo. Permasalahan
kebisingan, polusi udara, standar keamanan serta lahan parkir yang mencukupi
menjadi hal yang paling disorot sebagai persiapan saat ini.
Relokasi
beberapa tempat, seperti pos satpam dan posko Menwa juga hal yang patut
disesuaikan dengan denah keluar-masuk kampus. UPN Yogya benar-benar dituntut
untuk memenuhi standar tersebut demi kenyamanan dan kondisi situasional yang
baik bagi semua pihak. Untuk sistem ganti rugi yang nanti akan diberikan, Irhas
menambahkan bahwa ia belum mengetahui mekanisme pergantiannya.
“Untuk
sistem ganti rugi, kita kan tanah
negara, ya. Kemarin (sosialisasi) belum detail membahas
tentang
mekanisme pergantiannya. Jadi, nanti akan kita lihat seperti apa,”
imbuh Irhas. ( Hafiyyana Nurlitasari)
Editor: Ayu Fitmanda Wandira
Tulis Komentarmu