Si Kecil Cabai Rawit Wakil Tuan Rumah
Potret Salma S. Suntring dalam balutan pakaian silat kategori seni (Foto dan Ilustrasi oleh Anindyadevi Aurellia) |
Waktu menunjukkan pukul 11.45 WIB, Auditorium UPN
“Veteran” Yogyakarta nampak sepi. Saat itu adalah waktu istirahat bagi seluruh
panitia, juri, maupun peserta Kejuaraan Nasional Pencak Silat ke-X. Cuaca di
luar nampak hujan lebat, seorang gadis berpakaian serba hitam berlari kecil dari
musala menuju ruang sekretariat. Ia adalah salah satu peserta pencak silat yang
membawa nama UPN “Vetean” Yogyakarta.
Namanya Salma Salsabila
Sustring, dan ia lebih senang dipanggil Sustring. Baginya, nama panggilan
“Salma” terlalu sering dijumpai saat berkenalan dengan orang baru. Dalam
bayangan kita, atlet Pencak Silat mungkin identik dengan wajah yang sangar
berani atau badan yang tinggi nan besar. Tapi Sustring justru masih nampak
seperti siswi SMA, sementara ia adalah seorang mahasiswi jurusan Agribisnis,
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta angkatan 2017.
Setelah menunaikan ibadah sholat, Sustring bergegas untuk
merias wajah. Wajah yang dirias menjadi salah satu hal wajib dalam Pencak Silat
Seni. Berbeda dengan Pencak Silat Bertarung
yang menghadapi lawan dengan teknik pukulan dan jurus tertentu, Pencak Silat
Seni bersaing kebenaran dan kemantapan gerakan jurus. Estetika menjadi nilai
utama yang dipertimbangkan, sehingga peserta harus dirias wajahnya terlebih
dahulu baik laki-laki maupun perempuan.
Waktu luang digunakannya untuk melakukan peregangan serta
mempersiapkan mental. Di tengah latihan-latihan kecil tersebut, Sustring
menceritakan perasaannya mengikuti lomba Kejurnas mewakili UPN sebagai tuan
rumah. “Tidak begitu optimis, tapi mengusahakan yang terbaik. Karena lawan yang
dihadapi cukup berat dan lebih memiliki banyak waktu latihan,” tuturnya.
Baginya, lawan terberat ada pada salah satu PTN dari luar kota dengan jurusan
Olahraga yang notabenenya lebih unggul dalam intensitas berlatih.
Saat ditanya bagaimana fasilitas yang sudah diberikan
Kampus untuk para atletnya, Sustring menjawab bahwa semua sudah diberikan secara
gratis tersebut cukup, termasuk untuk pelatihnya. “Dari awal pendaftaran
Kejurnas memang rasanya ada keraguan. Karena nyambi kerja dan kemarin juga latihannya sempat terpotong untuk
magang. Tapi bismillah
tetap ikut, karena aku
sangat
punya keinginan untuk maju,”
terang gadis yang sudah belajar silat sejak kelas 3 SD tersebut. Ia
mengaku, latihan intens untuk perlombaan ini hanya dilakukannya selama 3 minggu.
Pemandu acara mulai memanggil peserta untuk menunjukkan
kemampuan terbaiknya. Sustring memperoleh nomor urut ke-4 pada Gelanggang 1.
Waktu yang diberikan adalah tiga menit, dengan gerakan yang harus tepat,
mantap, dan kuat. Ia berusaha memberikan yang terbaik dalam waktu 3.01 menit.
Saat pengumuman hasil berlangsung, Ia memperoleh skor sebesar 416 yang ternyata
banyak disusul oleh lawannya.
“Belum puas sebetulnya, harusnya masih bisa menghasilkan yang lebih. Tadi sayangnya ada sedikit insiden, senjata (golok) nyangkut ke baju. Itu sangat mempengaruhi nilai, sehingga
mengurangi poin,” ungkapnya. Biar begitu, Ia tetap
tersenyum dan mendukung teman-temannya yang juga tampil pada Pencak Silat Seni
kategori beregu. Meskipun belum bisa membawa kontingen dalam posisi tiga besar,
ia mengaku tetap mensyukuri poin yang diperoleh. (Anindyadevi Aurellia)
Editor: Rieka Yusuf
Tulis Komentarmu