Mahasiswa UPN Yogyakarta Turut Rasakan Dampak Kericuhan Pengemudi Ojek Online dan Kelompok Penagih Utang
Polisi yang sedang berjaga di pertigaan babarsari ketika kericuhan sedang terjadi (Foto: Haffiyana Nurlitasari) |
Dampak kericuhan
antara kelompok pengemudi ojek online (ojol) dan kelompok penagih utang
yang terjadi di Babarsari (5/3) turut dirasakan oleh mahasiswa Universitas
Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta. Selain kemacetan di sepanjang Jalan Babarsari dan sulitnya mencari driver. Kerusakan
motor dan hilangnya barang bawaan turut menjadi masalah yang ditimbulkan dari
kejadian tersebut.
Apsari Noor Eka
Ramadhanty, mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN
angkatan 2018, mengaku bahwa pada hari Jumat (6/3), Ia kesulitan mendapatkan driver
ojol untuk memesan makanan. Hal itu kemudian memaksa Dhanty untuk
membatalkan pesanannya.
“Akibat kericuhan
yang terjadi kemarin, hari ini aku susah banget dapat driver ojol buat
pesen makan. Karena lagi jadwal siaran jadi nggak bisa keluar cari makan, padal
biasanya gampang banget dapatnya,” ujar Dhanty.
Imbauan dari pihak
Gojek untuk menghindari daerah berisiko
menjadi salah satu faktornya. Hal tersebut dilakukan oleh perusahaan sebagai
upaya menjaga keselamatan mitra.
“Terkait aksi yang
saat ini terjadi di Yogyakarta, Go-Jek mengimbau mitra untuk tetap tenang dan
tidak mudah terprovokasi. Keamanan dan keselamatan mitra merupakan prioritas.
Jadi, silakan hindari daerah yang berisiko
lagi mengambil order,” tulis Go-Jek dalam pesan pemberitahuannya. Bahkan
dalam imbauan yang sama, dituliskan peniadaan performa pada hari kericuhan
pertama berlangsung (5/3).
Di sisi lain,
Vincentius Agus juga menceritakan keresahannya. Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2017 itu juga menjadi
salah satu orang yang ikut terdampak ketika kisruh terjadi.
“Waktu itu aku
baru naik motor. Posisi map berisi falshdisk itu aku bawa pakai tangan
kiri. Pas di Jalan Seturan kan macet, jadi aku berhentiin motorku.
Tau-tau di belakangku ada sekelompok orang (debt
colector)
mengambil mapku,” tukasnya.
Meski sempat
terkejut, Ia
memilih untuk tidak mengejar pelaku. Batu dan senjata tajam yang dibawa oleh
para debt colector membuatnya tidak mau mengambil risiko keselamatan.
Selain Agus, beberapa
kios juga memutuskan untuk tutup dengan alasan yang sama. Selama tiga jam, polisi
dan Brimob berjaga-jaga untuk mengamankan tempat kejadian perkara. Jalan
Seturan menuju ke arah pertigaan Universitas Proklamasi benar-benar ditutup.
Barulah sekitar pukul 20.00 WIB jalanan itu dapat dilewati kendaraan.
Tak sampai di
situ, Muhammad Taslim, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2018 UPN, harus mendapatkan pengalaman
pahitnya ketika insiden lempar batu dan balok kayu berlangsung. Motor miliknya ringsek
ketika Ia sedang menyelamatkan
diri.
“Ceritanya waktu
itu mau ke kampus satu (UPN Condong Catur). Terus tadi ada ojol yang lari
terbirit-birit karena dikejar debt colector. Lalu motornya aku pinggirin
dan ikut lari menyelamatkan diri,” jelasnya lirih.
Taslim belum
mengetahui secara pasti alasan motornya dapat menjadi sasaran aksi rusuh kala itu. Motor dengan nomor
polisi DP 4705 BF itu harus menerima imbas yang
cukup parah. Kerusakan telihat pada
pada jok yang lepas dan banyak goresan dari perselisihan yang sedang terjadi.
Kerusakan yang terjadi di motor Taslim. Jok menganga dan lepas. |
Motor yang Ia tunggangi kemudian
dibawa ke Polres Sleman. Setelahnya, Ia
menyempatkan diri untuk melapor dan mengurusnya. Hingga Jumat (6/3), Taslim
belum mendapatkan ganti rugi. Hal itu, Ia
lontarkan dalam salah satu tweet-nya.
“Kalian sudah
berdamai (ojol dan debt colector) lalu siapa yang mau ganti rugi atas
kejadian yang saya alami,” tukasnya dalam akun @tslmogie di media sosial Twitter.
Melihat dampak
dari aksi cukup besar, Dhanty berharap kejadian seperti ini tidak akan terulang
lagi. Pihak-pihak yang tidak bersalah tidak lagi merasakan kerugian yang sama.
“Semoga sih nggak
kejadian lagi. Karena kasian juga kalau harus ikut nanggung padahal nggak tahu
apa-apa. Yang terpenting, semoga masalahnya cepat selesai,” ucap Dhanty. (Hafiyyana Nurlitasari)
Editor: Muhammad Hasan Syaifurrizal Al-Anshori
Tulis Komentarmu