Antara Puasa dan Virus di Tanah Perantauan
Ilustrasi salah satu upaya mencegah penularan Covid-19 (Foto: Kompas.com) |
Wabah Covid-19 benar-benar menjadi masalah yang tak
kunjung usai. Segala kegiatan masyarakat menjadi terganggu. Misalnya saja, pegawai
kantoran yang harus mengerjakan segala urusannya di rumah; mahasiswa yang harus
melakukan kuliah daring dengan segala permasalahannya seperti biaya internet;
dan siswa sekolah yang tidak jadi mengikuti Ujian Nasional karena situasi yang
tidak memungkinkan.
Beberapa orang memilih untuk mudik ke kampung
halamannya dikarenakan kondisi yang demikian. Terlebih lagi menjelang bulan
Ramadhan dimana mereka ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya. Namun, ada
juga beberapa orang yang tidak dapat pulang ke kampung halaman karena khawatir
dapat menjadi carrier (pembawa virus) untuk orang-orang di kampung
halamannya.
Novella Candra Wastika, salah satu Mahasiswa UPN
“Veteran” Yogyakarta Jurusan Ilmu Komunikasi ini mengatakan bahwa ia terpaksa
tidak dapat berkumpul bersama keluarganya pada Ramadhan tahun ini. Vella,
sapaan akrabnya, mengatakan bahwa ia mengalami kendala jika ingin pulang ke
kampung halaman, “Awalnya ingin dijemput menggunakan mobil pribadi, namun
beberapa daerah yang akan dilalui melakukan lockdown sehingga akan
mempersulit akses,” jelas mahasiswa asal Madiun tersebut. Sejauh ini ia
bertahan di kosnya yang terletak di Jalan Tambak Bayan, Babarsari.
Beberapa kendala ia temui di masa-masa seperti ini, salah
satunya adalah kesulitan dalam mencari makanan. Beberapa rumah makan terpaksa
ditutup karena dikhawatirkan dapat memicu penularan. Menjelang bulan Ramadhan,
Vella mengatakan bahwa ia berencana untuk mengunjungi kakaknya yang juga masih
berada di Jogja. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah kegiatannya dalam
mencari makan maupun kegiatan lainnya.
Tak jauh berbeda, Azzahra Zauza, Mahasiswi Polstat
STIS Jakarta juga tertahan di Jakarta. Zahra tinggal di sebuah kos di
Jatinegara. Namun, meningkatnya angka positif corona di Jakarta membuat ia mengungsi
ke rumah salah seorang saudaranya. Zahra mengatakan terdapat beberapa kendala yang
ditemui dalam berkegiatan #DiRumahAja. “Biasanya di kos ada wifi, tapi disini
tidak ada. Jadi selama masa karantina ini saya boros dalam penggunaan data
internet,” ungkapnya.
Mahasiswi semester 4 ini berharap pandemi ini segera
membaik. Tentunya agar menjelang lebaran ia bisa mudik ke kampung halamannya di
Bantul sehingga dapat berkumpul dengan keluarganya. (Wan Audri Ilyasha)
Editor: Ayu Fitmanda Wandira
Tulis Komentarmu