Permasalahan Agraria Indonesia di dalam Film Negara, Wabah, dan Krisis Pangan
Cuplikan film “Negara, Wabah, dan Krisis Pangan” dalam acara Nobar si Opin. (Sumber: Ghalda Nauli S.) |
Lembaga
Pers Mahasiswa Opini mengadakan diskusi film berjudul “Negara, Wabah, dan Krisis
Pangan”, sebuah film dokumenter oleh Watchdoc (27/9). Acara dilakukan secara
virtual melalui aplikasi Microsoft Teams. Diskusi ini dipimpin oleh M. Salman
Al-Farisi dan menghadirkan Ari Trismana selaku Sutradara film “Negara, Wabah,
dan Krisis Pangan” serta Syiqqil Arafat Wakil Direktur Sajogyo Institute.
Nobar
Bareng (Nobar) si Opin diadakan sebagai bentuk kekhawatiran banyak pihak akan
ketahanan pangan di Indonesia. Keadaan diperparah dengan wabah Covid-19 yang
terus meningkat. Film “Negara, Wabah, dan Krisis Pangan” ini merupakan
kompilasi dari 5 film lain yang sudah diselesaikan oleh Watchdoc. Namun premis
dalam film diubah menjadi kondisi pada awal wabah Covid-19. Pada kenyataannya,
ancaman krisis pasangan sudah nyata sebelum wabah menyebar di Indonesia.
Film
“Negara, Wabah, dan Krisis Pangan” berdurasi kurang lebih 38 menit dan membahas
masalah penting yang dihadapi oleh Indonesia. Pada bagian awal film bercerita
tentang hobi penduduk kota yang menanam tanaman secara hidroponik. Perbedaan
yang sangat signifikan dengan penduduk desa yang menjadikan menanam padi dan
kegiatan berkebun lain sebagai sumber utama kebutuhan hidup. Permasalahan
semakin kompleks bahkan sebelum adanya wabah di daerah perkebunan seperti di
Kalimantan dengan banyaknya tambang batu bara dan di Kulonprogo dengan
pembangunan Bandar Udara International Yogyakarta.
“Hal
ini menjadi persoalan abadi karena selama kita masih hidup kita masih
membutuhkan pangan. Di Indonesia, Food Estate yang menjadi konsep dan semua
pemerintahan. Dari zaman Soeharto hingga Jokowi gagal menjalankan konsep tersebut,”
ungkap Ari Trismana. Ia juga menjelaskan bahwa Food Estate sendiri berskala nasional
dan bukan berskala warga. Sehingga menurutnya di masa wabah seperti ini petani
semakin di intimidasi. Ia ingin di tengah krisis pangan seperti ini, petani
aman menanam tanpa ada gangguan dari pihak lain.
Kegiatan Nobar si Opin berisikan kegiatan menonton film, diskusi langsung dengan sutradara dan ahli permasalahan ketahanan pangan, juga tanya jawab yang dilakukan secara daring. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih 3, 5 jam tanpa ada kendala yang berarti. Film “Negara, Wabah, dan Krisis Pangan” tidak sepenuhnya berisi footage dari Watchdoc, tetapi gabungan dari beberapa lembaga yang peduli terhadap permasalahan agraria di Indonesia. (Ghalda Nauli S.)
Editor: Muhammad Hasan Syaifurrizal Al-Anshori
Tulis Komentarmu