Mengungkap Eksistensi di Balik Akun Mahasiswa Ganteng dan Cantik di Dunia Maya
Mengungkap eksistensi di balik akun mahasiswa ganteng dan cantik yang sering ditemui di berbagai kampus. (sumber : kumparan.com) |
Mayoritas
masyarakat umum pasti sudah mengenal Instagram sebagai salah satu aplikasi yang
menyediakan fitur untuk mengunggah foto, video, hingga menggunakan filter
digital bagi para penggunannya. Seiring eksistensi Instagram yang semakin
meningkat, di barengi juga dengan munculnya akun seperti @ui.cantik atau @ugmcantik.
Fenomena akun cantik-ganteng dapat ditemukan dengan mudah di berbagai perguruan
tinggi negeri maupun swasta sebagai ajang wadah eksistensi diri. Akun tersebut
biasanya akan mengunggah foto-foto dari laman Instagram mahasiswa yang dianggap
memiliki daya tarik.
Di
era yang hampir serba digital saat ini, eksistensi di dunia maya cukup dianggap
penting. Dengan jumlah pengikut yang banyak, akun-akun tersebut mengantarkan
kepada akun Instagram mahasiswa yang dirasa memiliki daya tarik dengan tampilan
visual yang enak dipandang. Terkadang kemunculan mereka bak artis Instagram
atau selebgram. Terlebih lagi para pengelola akun cantik-ganteng tersebut mendapat keuntungan finansial dari
tiap unggahannya.
Donabella
Alda, salah satu mahasiswi di jurusan Ilmu Komunikasi mengungkapkan jika
pengaruh positif yang ia dapat setelah salah satu fotonya diunggah oleh akun
@upnveteran.cakep ialah menambah jaringan pertemanan di dunia maya. “Kalau efek
positifnya mungkin nambah jaringan pertemanan ya, sesama anak UPN atau diluar
UPN. Kalau kurang enaknya sih ada akun gak jelas yang direct message, tapi masih di batas
wajar sih,” ujar Bella.
Instagram @upnveteran.cakep dengan jumlah pengikut 15 ribu orang. (sumber : Tangkapan Layar/Shinta Tri Pangestu) |
Meskipun
tidak merasa keberatan, menurutnya hal yang sangat disayangkan adalah ketika
pengelola akun tersebut tidak meminta izin terlebih dulu untuk mengunggah di
akun Instagram-nya. “Sarannya mungkin untuk meminta izin dulu kepada yang punya
foto, karena setiap orang punya pandangan yang beda-beda kan tentang foto
pribadinya. Bahkan aku sempat kaget, fotoku di unggah dan akun ku ditandai,”
imbuh Bella
Namun di sisi lain, hal kontra disampaikan Fayyaqun Nur Amanah dari mahasiswi prodi Hubungan
Masyarakat atas keberadaan akun-akun tersebut. Menurutnya akun seperti itu
membuat stereotype atau stigma
tentang 'perempuan cantik' semakin besar dan definisi cantik menjadi cukup
bias, hanya karena ditentukan sesuai standar admin. “Melihat foto perempuan
yang masuk ke dalam akun tersebut secara tidak langsung seperti termakan stigma
masyarakat bahwa perempuan cantik itu ya berkulit putih, glow up,
badannya tinggi dan langsing,” ujar Fayya.
Perempuan
yang berpendidikan seharusnya memiliki pikiran lebih terbuka, namun ketika
mereka mendapat praise kecantikan
sesuai anggapan umum, seolah mereka sudah termakan nilai yang selama ini sesuai
di masyarakat, “Mereka akan beranggapan kalau aku cantik berarti harus begini. Aku
tidak mengeneralisir, hanya saja menurutku setelah melihat orang-orang yang fotonya
masuk dalam unggahan akun seperti itu entah kenapa sikapnya lebih ke jaim
dan kurang bebas,” imbuh mahasiswi angkatan 2019 tersebut.
Adanya stigma seperti itu seolah telah biasa di lingkungan masyarakat, padahal itu dapat memicu objektifikasi diri sendiri. Baik laki-laki dan perempuan akan terus-menerus memperhatikan penampilannya agar sempurna untuk memenuhi ekspetasi sekitar tentang penampilan dirinya. Bahkan tidak menutup kemungkinan seperti ‘menyiksa’ diri mereka untuk berusaha stay in shape berada pada standar tersebut. (Adinda Farah Ramadhannisa)
Editor : Shinta Tri
Pangestu
Tulis Komentarmu