Penghuni Asrama, Bertahan meski Tertahan di Masa Pandemi
Asrama Pondok Pesantren Al Munawwir kini terbatas bagi warga umum. (Sumber: gatra.com)
Pandemi Covid-19 sudah hampir satu tahun melanda
Indonesia. Pola perilaku masyarakat kini turut berubah agar
kehidupan dapat tetap berjalan. Banyak lini kehidupan terpaksa mengatur
strategi baru demi bertahan dalam kondisi saat ini. Perubahan pola perilaku
salah satunya dapat terlihat dari kehidupan penghuni asrama.
Penyebaran Covid-19 yang tak kunjung reda membuat Kemendikbud mengeluarkan Surat Edaran
Nomor 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Dissease (Covid-19). Surat tersebut dikeluarkan untuk merubah
kegiatan belajar mengajar yang mulanya dilaksanakan secara luring (luar
jaringan) menjadi secara daring (dalam jaringan).
Kondisi ini membuat sebagian besar pelajar maupun
mahasiswa memilih untuk kembali ke kampung halaman karena tidak bisa leluasa
beraktivitas di tanah rantau. Meski
demikian, masih ada
pelajar maupun mahasiswa yang bertahan di asrama karena banyaknya pertimbangan
bila harus kembali ke kampung halaman.
Raihatun Mustaqimah, mahasiswi
Fakultas Pertanian UPN "Veteran" Yogyakarta yang tinggal di asrama Pondok
Pesantren Wahid Hasyim, menuturkan bahwa selama pandemi Covid-19 banyak
penghuni asrama yang pulang ke kampung halaman masing-masing. Kondisi saat ini
banyak membuat keluarga santri khawatir bila ada anggota keluarga yang jauh
dari rumah sehingga meminta santri untuk kembali ke kampung halaman
masing-masing. Hal tersebut
membuat keadaan asrama jauh lebih sepi dari masa sebelum pandemi.
“Awal pandemi ini, semua santri
langsung dipulangkan ke rumah masing-masing. Namun, beberapa masih ada yang tinggal. Beberapa
pengurus dan santri belum bisa pulang karena orang tuanya khawatir kalau
kena virus saat perjalanan pulang,”
imbuh Raihatun.Potret kondisi asrama Pondok Pesantren Wahid Hasyim sebelum pandemi. (Sumber Vymaps.com)
Tetap tinggal di asrama selama pandemi merupakan suatu keputusan yang cukup sulit bagi pelajar maupun mahasiswa
yang merantau jauh dari kampung halaman. Akan tetapi, di
sisi lain akan timbul banyak pertimbangan bila ingin kembali ke kampung halaman.
Mulai dari banyaknya kegiatan kampus yang sulit untuk dilakukan bila berada di
kampung halaman, penambahan biaya akomodasi yang cukup tinggi, serta berbagai protokol kesehatan yang harus dilalui membuat beberapa
penghuni asrama mengurungkan niatnya untuk kembali ke kampung halaman.
Alasan tersebut diungkapkan oleh Nadia Aida, seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
yang tinggal di
asrama Pondok Pesantren Al Munawwir. Menurutnya, keputusan untuk tetap tinggal di asrama saat ini banyak dipengaruhi oleh
kegiatan perkuliahan yang sulit dilakukan bila Ia kembali ke rumah.
“Agak repot kalau harus pulang kerumah karena sekarang saja
masih harus bolak-balik ke kampus. Jadi, kurang efektif rasanya kalau harus pulang,” tutur Nadia.
Keputusan dari asrama sendiri berbeda-beda. Ada
yang mengizinkan penghuninya untuk tetap tinggal bahkan ada juga yang meminta
penghuninya untuk kembali ke kampung halaman masing-masing. Beberapa
asrama masih mengizinkan para penghuninya untuk tetap tinggal dengan tetap
mematuhi protokol kesehatan yang berlaku sesuai himbauan pemerintah. Beberapa himbauaan yang diikuti antara laan penambahan tempat cuci tangan dan
pengecekan suhu tubuh ketika memasuki kawasan asrama.
“Untuk protokol kesehatan di Asrama Pondok Wahid Hasyim
banyak yang harus dilewati apalagi untuk santri yang balik ke asrama lagi. Dari
rumah harus bawa pakaian baru karena
ngga bisa pakai
pakaian yang ditinggal di
asrama. Untuk masuk ke asrama
juga harus karantina terlebih dahulu
dan harus pakai peralatan masing-masing, tidak
bisa pinjam-pinjam lagi,” jelas Raihatun.
Kondisi pandemi yang memaksa untuk tidak bepergian banyak
menimbulkan perubahan,
khususnya bagi para penghuni asrama. Nadia menuturkan
jika kondisi sebelum masa pandemi ini suasana asrama bisa dikatakan ramai. Dengan
banyaknya jumlah penghuni dan pandemi yang tak kunjung reda, banyak penghuni yang khawatir bila harus kembali ke asrama.
“Sekarang suasananya jadi sepi banget karena yang pulang
ke asrama lagi itu tidak sampai sepertiganya. Tetapi
ada enaknya juga. Sekarang kalau mau ngaji atau sholat berjamaah tidak perlu
buru-buru berebut tempat, gitu,” tutur Raihatun.
Meski demikian, tentu para penghuni asrama yang sampai saat ini masih menetap merasa ingin
kembali ke kampung halaman masing-masing untuk berkumpul bersama keluarga. Hanya
saja, banyaknya pertimbangan membuat mereka mengurungkan
niatnya untuk kembali atau setidaknya bisa menghabiskan waktu bersama dengan
teman-teman yang tinggal di asrama. “ Rasanya kangen gitu bisa rame-rame di
asrama nggak sepi kayak sekarang ini,” ungkap Nadia. (Amelia Maulidina)
Editor: Mohamad Rizky Fabian
Tulis Komentarmu