Pandemi Belum Reda, Masyarakat Tetap Asyik Berwisata
Ilustrasi masyarakat yang berwisata di tengah pandemi Covid-19 (Sumber: iStock) |
Sudah lebih dari setahun Covid-19
menyebar di seluruh dunia. Berbagai kegiatan pun menjadi terhambat akibat adanya wabah tersebut. Masyarakat dituntut untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dari dalam rumah untuk menghindari penyebaran
virus. Namun, beberapa orang tetap memilih untuk berwisata meski
pandemi belum reda.
Rutinitas yang
monoton dan komunikasi yang terhambat tentu saja dapat dengan mudah membuat bosan.
Apalagi ditambah dengan banyaknya waktu luang akibat work from home sehingga beberapa orang merasa
bahwa mereka butuh hiburan dan memutuskan untuk pergi berlibur.
Hal ini tentu saja
menjadi kontroversi di kalangan publik. Beberapa orang menilai bahwa hal ini
jelas salah karena berpotensi dapat membantu terjadinya penyebaran. Namun, sebagian menyetujui
kegiatan berlibur ini dengan beberapa pertimbangan.
“Dari aku sendiri, yang pertama kita (harus
memperhatikan) perginya sama siapa,”
ujar Hafidho, salah satu mahasiswa di Kota Semarang. Menurutnya, bukanlah
suatu masalah untuk pergi berlibur ke luar kota asalkan kita memastikan
kesehatan kita dan orang yang bersama kita terlebih dahulu.
“Di tempat kita
berlibur juga ( harus memperhatikan) gimana caranya kita dapet sensasi berliburnya, tetapi meminimalisir interaksi dengan
orang lain di tempat umum,” ungkapnya kemudian.
Ia juga menyatakan
bahwasanya protokol-protokol kesehatan yang tersedia di tempat wisata tentu
saja wajib untuk dipatuhi.
Beberapa protokol tersebut antara lain seperti mencuci
tangan sebelum memasuki kawasan wisata dan juga selalu menggunakan masker.
Pendapat serupa
juga dilontarkan oleh David selaku agen tempat wisata sekaligus agen biro
perjalanan. Ia menyatakan bahwa ia setuju terkait kegiatan berlibur di masa
pandemi ini karena pasti pihak biro perjalanan dan tempat wisata sudah
melakukan penyesuaian terkait protokol kesehatan yang ada.
“Beberapa karoseri
yang ada di Indonesia khususnya karoseri di daerah Ungaran dan Kota Malang itu
kini busnya sudah (memiliki) teknologi untuk mengurangi virus dan bakteri yang
mengendap di dalam bus tersebut. Teknologi itu contohnya lampu pada bus sudah
terpasang sinar ultraviolet baik di kabin maupun rongga-rongga busnya, itu
tergantung permintaan owner busnya,” ungkap David.
Ia juga menyatakan
bahwa sebagian pihak biro bus mampu memberikan pelayanan sesuai pesanan dari
wisatawan seperti alat makan yang dapat disiapkan secara mandiri oleh
wisatawan, hingga memesan bus khusus yang memang sudah didesain dengan tempat
duduk 1-1-1-1, sehingga memberikan jarak antar penumpang.
Tentu saja
pelayanan ekstra tersebut diikuti dengan biaya perjalanan dan wisata yang lebih
mahal dari biasanya. Hal
tersebut dikarenakan meski tanpa pelayanan ekstra, pihak biro perjalanan dan
wisata sudah mengalami penurunan pendapatan di masa pandemi. Hal itu
diakibatkan banyaknya tempat wisata yang tutup dan adanya peraturan pembatasan
jumlah penumpang kendaraan umum.
Meskipun demikian,
dr. Syariefah Soraya selaku tenaga kesehatan tetap tidak setuju jika di masa
pandemi ini orang pergi ke luar kota untuk berlibur. Menurutnya untuk
menghilangkan rasa jenuh dan mengisi waktu luang di masa pandemi ini, liburan
dapat diganti dengan melakukan hobi yang selama ini belum sempat dilakukan.
“Kita dapat
melakukan sesuatu yang mungkin bisa dilihat di media sosial yang mempunyai
konten-konten menarik untuk bisa dilakukan di rumah. Itu cukup menyita waktu
dan bermanfaat sekaligus menghibur,” ujar dr. Syariefah Soraya.
Sudah selayaknya kita memperhatikan kesehatan dan keselamatan
kita serta orang-orang terdekat terlebih dahulu. Meski jenuh kadang melanda,
kewajiban kita sebagai masyarakat adalah mencegah penyebaran dengan diam di
rumah. Bisa saja kita menjadi carrier dan penular penyakit tanpa kita sadari.
Oleh karena itu, ada baiknya kita mengisi liburan dan waktu luang bersama
keluarga di rumah. (Bimo Yogatama)
Editor: Mohamad Rizky Fabian
Tulis Komentarmu