Sisa Asa untuk Tahun 2021
Kalender tahun 2021 UPN "Veteran" Yogyakarta (Sumber: Latief Fadhlan) |
Tahun 2020 telah usai dilewati. Namun, euforianya
masih tetap sama, yaitu pandemi. Barangkali, perkataan Rangga Sasana petinggi
Organisasi Sunda Empire ada benarnya juga bahwa ‘tatanan dunia
sudah mulai berubah’. Hal itu berlaku juga semenjak adanya Covid-19. Semua itu
dapat kita amati dari adanya istilah New Normal, Work From Home (WFH), hingga
sempat terperosoknya perekonomian Indonesia yang masuk jurang resesi akibat
pandemi.
Mungkin kita sepakat jika tahun lalu sebagai trial
and error dalam pemberlakuan istilah-istilah di atas. Sebut saja
mekanisme pembelajaran daring atau PJJ yang dirasa masih belum sempurna. Hal
tersebut disampaikan oleh Pelaksana tugas Kepala Pusat Data dan Teknologi
Informasi (Pusdatin) Kemendikbud, Hasan Chabibie, saat pertemuan webinar akhir
tahun 2020. Menurutnya, metode PJJ bukan model ideal untuk diterapkan bagi
pembelajaran para siswa.
Terlebih, tenaga pengajar memang belum pernah
dipersiapkan untuk menjalankan PJJ secara cepat. Ketidaksempurnaan PJJ
diperparah dengan adanya faktor ekonomi dan geografis dari setiap elemen
pendidikan baik guru, maupun murid. Tidak efektifnya pendidikan daring lebih
dominan terjadi di daerah-daerah atau kota kecil di Indonesia, yang sebagian besar terkendala jaringan dan teknologi. Lebih dari itu, konsep pembelajaran
daring memang perlu dimatangkan lagi.
Banyak yang sudah merasa bosan dengan kondisi
seperti ini. Maklum, sudah hampir setahun kondisi seperti ini berlangsung.
Walaupun demikian, kita seharusnya tetap berusaha untuk menggunakan waktu luang
untuk kegiatan positif dan berusaha memunculkan inovasi serta gagasan baru.
Mari berkaca dari Isaac Newton, ilmuwan yang menemukan
dan pengembangan berbagai macam teori dari ilmu optik dan cahaya, kalkulus,
serta hukum gerak, dan yang paling terkenal hukum gravitasi. Di masa
tidak produktif kala itu, ia menemukan ilmu-ilmu tersebut meski sedang terjadi
wabah The Great Plague di London pada tahun 1660-an. Ia
pun dapat memunculkan ide dan teori-teori baru pun tercipta oleh dirinya. Ditambah
dengan kisah pohon apel pencetus teori gravitasi yang berada di halaman
rumahnya.
Ya, memang kita tak harus dituntut untuk menjadi
seperti Newton. Akan tetapi, hikmah yang bisa diambil dari hal itu ialah
bagaimana caranya menemukan inovasi dan hal baru walaupun terkurung pandemi
saat ini.
Jika disandingkan apple to apple, era
sekarang lebih beruntung karena adanya sumber daya serta teknologi yang
melimpah dibandingkan zaman Newton masih hidup. Dengan begitu, seharusnya
ide-ide baru dapat lebih banyak muncul untuk membuat inovasi serta memperbaiki sistem
yang belum sempurna.
Ilustrasi kondisi masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. (Sumber: ec.europa.eu) |
Walaupun demikian, kepedulian terhadap kesehatan
tetap harus diprioritaskan. Sudah hampir setahun pandemi ini ada. Namun, semakin
ke sini, mulai tak ada kepedulian terhadap bahaya Virus Covid-19 ini.
Kenyataan di lapangan, tempat-tempat umum sudah
mulai ramai lagi dikunjungi oleh masyarakat. Mulai dari pusat perbelanjaan,
tempat wisata, dan lain-lain, kini telah ramai seolah-olah pandemi tak lagi
dipedulikan.
Lain halnya saat dahulu awal mula pandemi muncul yang belum seberapa banyaknya orang yang terkena virus Covid-19. Sebut saja
kasus panic buying yang terjadi dulu ketika orang-orang
membeli alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer yang
cukup banyak, hingga terjadinya lonjakan harga yang signifikan.
HARAPAN
Banyak doa yang ingin terkabulkan untuk tahun ini,
terutama kembalinya aktivitas seperti sedia kala. Beberapa sudah mengeluh dan bertanya-tanya kapan pandemi selesai.
Ketika awal kampus ditutup dan mulainya
pembelajaran daring, banyak orang yang terpaksa berhenti melakukan kegiatan. Sebut saja salah satu
pegawai Kantin Melati UPN, Ibu Menik yang sebagian besar pemasukan dari
hasil melayani mahasiswa di kantin tersebut. “Bingung saya, ini mau sampai kapan
kuliah daringnya, karena jelas sekali Kantin Melati tutup,” ujarnya.
Mahasiswa pun juga membicarakan hal yang sama. Beberapa pernah mengeluh kepada saya yang selalu bertopik lelahnya kuliah
daring dan rindu bertatap muka di kampus.
“Sudah hampir setahun kuliah daring, ingin segera
kembali normal dan bisa kuliah seperti biasanya,” lirih Akhsan, mahasiswa Ilmu
Komunikasi UPN 2018.
Pandemi memang belum usai. Namun, ini tak berlangsung selamanya. Walaupun tahun sudah berganti, asa yang tersisa dalam tahun 2020 lalu masih harus dijaga hingga saat ini. (Latief Fadhlan)
Editor: Redemptus Risky
Tulis Komentarmu