IPK Tinggi Vs IPK Rendah
Ilustrasi upaya seseorang dalam meraih kesuksesan (sumber: google.com) |
Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan nilai gabungan semua mata kuliah yang
didapatkan mahasiswa pada akhir masa perkuliahan. Sebagian orang menganggap IPK
tinggi sebagai indikator penentu kesuksesan seseorang. Padahal, ada banyak
penentu kesuksesan selain IPK. Salah satunya adalah skill yang dimiliki
tiap individu. Walaupun demikian, perdebatan mengenai IPK tinggi vs IPK rendah
memang tidak ada habisnya.
Dikutip dari kompas.com, survei National
Association of College and Employee (NACE) di Amerika Serikat menyatakan dari 20 kriteria penting seorang
juara, indikator “IPK tinggi’ hanya menempati urutan ke-17. Menurut survei
tersebut, indikator penting seorang juara adalah kemampuan komunikasi,
integritas, kerja sama dan etika. Selanjutnya, hasil penelitian Universitas
Harvard menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang tidak semata ditentukan oleh
keterampilan secara teknis (hard skill), tetapi juga keterampilan
mengelola diri dan orang lain (soft skill).
“Ketika terjun dalam dunia kerja, IPK memang jadi
salah satu penilaian. Akan tetapi, bukan sebagai patokan,” tutur Dinta Sulthoni
(26), lulusan Ilmu Komunikasi UPN Veteran “Yogyakarta” yang meraih predikat cum
laude dengan IPK 3,67.
Menurut pengalaman wanita yang sempat bekerja di advertising
agency perusahaan multinasional tersebut, perusahaan tempatnya bekerja
tidak terlalu mementingkan IPK dalam merekrut staf. Seseorang yang memiliki
portofolio bagus dan memiliki skill mumpuni lebih diutamakan.
Dinta mengatakan bahwa persoalan IPK tersebut
kembali ke tujuan yang ingin dicapai tiap individu. Apabila seseorang tersebut
ingin bekerja pada perusahaan seperti BUMN, IPK mungkin menjadi indikator yang
cukup penting, mengingat terdapat standar minimal untuk dapat diterima. Namun,
apabila tujuannya untuk bekerja di perusahaan yang mementingkan skill ataupun
ingin berwirausaha, maka IPK tinggi bukan menjadi hal utama.
Disisi lain, Fathan Rivai (25), lulusan Ilmu
Komunikasi di Universitas Bina Nusantara yang mendapat IPK 2,68 tidak merasa
pesimis mengenai hasil yang ia dapat. Menurutnya, prestasi akademik tidak
menjadi fokusnya. Pemuda yang telah menjalani bisnis sejak semester 2
perkuliahan ini tetap bisa sukses dengan jalur yang berbeda. Walaupun dalam
dalam bidang akademik kurang memuaskan, Fathan berhasil membuktikan kesuksesan
dapat ditempuhnya dengan mendirikan usaha yang dirintis dari nol hingga menjadi
seperti sekarang.
Sebenarnya, IPK tinggi maupun rendah, semua kembali kepada
usaha masing-masing individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang
yang lulus dengan IPK tinggi tidak melulu memiliki karir yang cemerlang. Pun
seseorang dengan IPK rendah tetap bisa mencapai keinginannya sesuai dengan
usaha yang dikeluarkan. Maka dari itu, IPK tinggi bukan satu-satunya kunci
dalam meraih kesuksesaan. (Salma Annisa)
Editor: Mohamad Rizky Fabian
Tulis Komentarmu