Meredupnya Aplikasi Clubhouse di Dunia Virtual
Screenshoot tampilan room Clubhouse. (Sumber: Instagram Komunitas Clubhouse Indonesia) |
Awal tahun 2021 menjadi momen kemunculan aplikasi Clubhouse. Aplikasi yang ramai dibincangkan hingga menjadi trending di Twitter ini merupakan sebuah aplikasi media sosial di sistem iOS. Aplikasi ini berbasis siaran audio langsung dan digunakan untuk diskusi secara virtual. Di mana diskusi tersebut juga dapat didengarkan oleh pengguna lainnya.
Clubhouse
menjadi trending karena di dalamnya terdapat banyak tokoh terkenal
bahkan influencer ternama. Misalnya, Arief Muhammad, Jerome Polin, Belva
Devara, Iman Usman, Ernest Prakasa, William Tanuwijaya, dan tokoh-tokoh
lainnya. Dengan kata lain, kehadiran Clubhouse bisa digunakan sebagai platform
untuk berjejaring dengan orang inspiratif, menambah wawasan, dan kegiatan positif
lainnya.
Vania
Dewie Kirana, mahasiswi Hubungan Masyarakat UPN “Veteran” Yogyakarta merupakan
salah satu orang yang turut menginstal aplikasi ini. Hal tersebut lantaran
dirinya termotivasi oleh selebgram dan influencer yang marak menggunggah bahasan terkait Clubhouse di
Instagram. Dirinya juga tertarik dengan Clubhouse karena topik yang dibahas
memberikan banyak wawasan.
“Aku
termotivasi saat beberapa selebgram dan influencer membahas Clubhouse
di Instagram. Lalu aku iseng buat instal, ternyata topik yang dibahas menarik,
seperti kecantikan,
self branding, bisnis, saham,
dan beberapa topik lainnya,” jelas Vania.
Clubhouse
juga menguntungkan dirinya yang merupakan pemilik dari bisnis busana @tokobajusederhana. “Di situ (Clubhouse) juga membahas
bisnis sehingga aku bisa dapat ilmu dari influencer yang ahli di
bidangnya, lumayan buat wawasanku dalam menjalankan usaha thrift shop,” ungkap Vania saat dihubungi melalui aplikasi Line.
Screenshoot tampilan room Clubhouse. (Sumber: Vania Dewie Kirana) |
Namun,
baru-baru ini eksistensi dari aplikasi Clubhouse mulai meredup. M. Fauzul Haq
selaku Dosen Ilmu Hubungan Masyarakat UPN “Veteran” Yogyakarta, mencoba
memberikan opini terkait fenomena ini. Pendapatnya diringkas menjadi beberapa
poin sebagai berikut:
1. Clubhouse terlalu ekslusif karena hanya untuk pengguna iOS. Hal ini menjadi salah satu
kekurangan Clubhouse yang tidak bisa merambah pangsa pasar pengguna Android.
2. Adanya Kompetitor. Twitter berencana membuat fitur serupa yaitu Spaces (sumber: NY Times).
Oleh sebab itu, apabila Clubhouse hanya monoton dan saklek di audio saja maka
lama-kelamaan tentu akan tersingkir oleh kompetitornya.
3. Tidak Egaliter. Clubhouse hanya memberikan kesempatan berbicara pada orang-orang
ternama. Hal ini berbanding terbalik dengan media sosial lainnya yang sangat bebas,
di mana semua orang bisa menyampaikan pendapatnya.
Opini
serupa diungkapkan oleh Arum Alra Warani, Mahasiswi Jurusan Komputer dan Sistem
Informasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dirinya menjelaskan bahwa penyebab
berkurangnya eksistensi Clubhouse saat ini dikarenakan aplikasi tersebut hanya
dapat diakses oleh pengguna iOS, sedangkan publik lebih banyak menggunakan
Android.
“Menurutku
karena Clubhouse ini hanya untuk pengguna iPhone saja, padahal pengguna Android
lebih banyak. Selain itu, apabila diskusi berakhir maka obrolan tidak bisa didengar
ulang. Namun, menurutku hal yang paling penting yaitu Clubhouse belum memiliki
kebijakan fitur keamanan, seperti pemblokiran atau fasilitas melaporkan apabila
ada pelecehan bagi penggunanya,” jelas Arum.
Memang semua aplikasi memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Apabila Clubhouse mampu berinovasi dan memperbaiki kelemahannya, bukan tidak mungkin aplikasi ini akan terus eksis di dunia maya.
“Sebenarnya Clubhouse bisa eksis
lagi kalau aplikasi tersebut melakukan improvisasi. Misalnya, bikin versi Android,
menambahkan fitur, dan mengubah interface platformnya agar bisa bersaing
dengan yang lain,” terang Fauzul. (Ayu Larasati)
Editor:
Delima Purnamasari
Tulis Komentarmu