Pro dan Kontra Mengelola Marketing via Kolom Komentar
Ilustrasi promosi melalui kolom komentar media sosial Twitter. (Sumber: Arie Sulistyaning Tyas) |
Promosi secara daring kini kerap digunakan oleh pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Selain tidak membutuhkan biaya yang banyak, promosi yang biasanya menggunakan medium media sosial tersebut dapat menjangkau lebih banyak konsumen. Meski demikian, kegiatan promosi tersebut menuai pro dan kontra. Walaupun menguntungkan para penjual, banyak pengguna media sosial yang merasa terganggu dengan maraknya kegiatan promosi di fitur komentar.
Dikutip
dari laman tekno.kompas.com, jumlah pengguna internet di Indonesia pada awal
2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen atau 27
juta jiwa jika dibandingkan pada Januari 2020 lalu. Dengan banyaknya jumlah pengguna internet, media sosial pun
dimanfaatkan para pelaku usaha untuk menarik minat banyak orang dalam
melariskan dagangan mereka.
Tiara
Dyah, penyedia jasa komisi menggambar mengatakan penggunaan promosi secara
daring melalui kolom komentar Twitter cukup efektif dalam meningkatkan
penjualannya. “Misalnya saat ada thread khusus promosi komisi atau ketika
ada postingan cari commission,
aku menawarkan komisiku di
situ,” ucap gadis kelahiran Surabaya tersebut. Tiara mengaku, kegiatan promosi
via kolom komentar mampu menjamah jumlah konsumen lebih banyak dibandingkan
menawarkan jasanya melalui postingan atau snapgram.
Hampir
serupa dengan Tiara, Lia Septiana, penjual merchandise
K-pop turut menggunakan media kolom komentar Twitter sebagai media promosi
barang dagangannya tersebut. Ia beralasan, jangkauan pengguna media sosial yang
tidak terbatas membuat dirinya memilih untuk mempromosikan dagangannya di kolom
komentar.
"Karena di (kolom) komentar lebih banyak menarik
audiens. Semua orang yang melihat
komentar tersebut dapat melihat dagangan kita. Kalau hanya nge-tweet, munculnya harus kita cari dulu di
search bar,” ujarnya.
Sebagai
pemilik jasa komisi daring dan online
shop, Tiara dan Lia memiliki pandangan pro dan kontra dalam hal promosi
barang dagangan via kolom komentar. Tiara menjelaskan, pelaku UMKM harus dapat
memilah postingan yanag tepat untuk dijadikan tempat promosi.
“Aku sih
tergantung, ya. Kalau misalnya thread-nya
bercanda gitu, tidak apa-apa (menumpang promosi). Tetapi kalau lagi sedih-sedih,
itu kayanya kurang etis saja,” ujarnya.
Senada
dengan Tiara, Lia memilih kontra untuk menitipkan promosi melalui kolom
komentar ketika hal yang dibahas berupa donasi atau keadaan berduka.
“Kalau
di Twitter itu kan ada yang namanya base.
Aku setuju kalau komentar (promosi) di situ. Tapi kalau jualan (bentuk)
apapun lalu konteksnya serius, yang nitip jualan itu mengganggu dan aku tidak
setuju,” imbuhnya.
Rupanya,
pro dan kontra penggunaan kolom komentar sebagai media promosi turut menjadi
perhatian para pengguna media sosial. Komentar pun disampaikan oleh mahasiswi
bernama Florensia Tri. Gadis yang kerap disapa Titi tersebut mengaku, promosi
melalui kolom komentar cukup membantu orang lain dalam mencari barang yang
diinginkan.
Ia
menjelaskan, di masa pandemi ini, semakin banyak anak muda yang menggunakan
medsos untuk mencari suatu barang. “Terlepas mereka mencari atau tidak, jika ada orang jualan, otomatis secara tidak langsung mereka baca
(komentar) itu. Kalau (barang) tersebut relate dengan keinginannya, tidak
peduli butuh atau tidak, itu dapat menjadi stimulus untuk mereka agar membeli. Jadi,
ngaruh banget malah (promosi melalui
kolom komentar),” ujar Titi.
Sebagai
pengguna media sosial, Titi memilih setuju penggunaan kolom komentar sebagai
media promosi penjualan tergantung situasi dan kondisi. “Sebenarnya lebih pro,
soalnya kalau ada thread Twitter yang
ramai, otomatis banyak orang yang menaruh atensi di situ. Walaupun jauh dari
konteks, dia kan tidak merugikan
siapapun. Kecuali kalau konteksnya lagi berita duka atau galang dana. Kalau tiba-tiba
nitip jualan, itu aku baru kontra,” jelasnya.
Ia
menambahkan, etika dalam penggunaan kolom komentar sebagai media promosi juga
harus diperhatikan para pemilik online
shop. Tidak semua kolom komentar dapat digunakan untuk promosi, terlebih
lagi pada lapak sesama penjual barang dagangan.
“Menurutku
tidak etis, apalagi sesama penjual. Perilaku seperti itu merebut calon pembeli
dari pemilik lapak orang lain. Kecuali kalau barang dagangannya memang lagi
dipromosikan oleh lapak jualan orang lain. Kalau seperti itu tidak apa-apa,” pesannya
ketika diwawancarai melalui media telepon.
Editor: Mohamad Rizky Fabian
Tulis Komentarmu