Sepinya Peminat Konsentrasi Jurnalistik di Jurusan Ilmu Komunikasi UPNVYK
Korsa Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM). (Sumber: Gayuh Laksono) |
Jurusan Ilmu Komunikasi Upn “Veteran” Yogyakarta memiliki 3 pilihan konsentrasi yang dapat dipilih di semester 4. Ketiga konsentrasi tersebut yaitu Marketing Komunikasi, Broadcasting, dan Jurnalistik. Dari ketiga pilihan tersebut, Jurnalistik kerap menjadi konsentrasi yang paling tidak diminati oleh mahasiswa ilmu komunikasi.
Hal tersebut terlihat pada pemilihan konsentrasi tahun ini. Pada angkatan 2019, yang memilih konsentrasi tersebut hanya 14 orang dari total 140 mahasiswa. Hal itu tentu menjadi tanda tanya besar mengapa konsentrasi Jurnalistik sangat sedikit peminatnya. Padahal, konsentrasi yang dapat dipilih lebih sedikit dari tahun sebelumnya setelah Hubungan Masyarakat resmi menjadi prodi (program studi).
“Saya kurang tahu. Asumsi saya, mungkin ini cerminan dari industri komunikasi juga. Hampir semua lembaga butuh adanya PR ataupun humas sementara jumlah perusahaan media semakin sedikit. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan jurnalis tidak sebanyak PR. Asumsi saya bisa salah, bisa juga ada benarnya,” tutur Kurnia Arofah, salah satu dosen mata kuliah Jurnalistik.
Dirinya juga menambahkan, dengan mengajar mahasiswa Jurnalistik yang sedikit, sharing ilmu menjadi lebih intens dan koordinasi kelas lebih mudah dikendalikan. Meski demikian, ia menyadari bahwa sedikitnya jumlah mahasiswa dapat menimbulkan masalah tersendiri.
“Di sisi lain, (kurangnya mahasiswa) dapat menyulitkan. Misalnya ketika ingin mengadakan project karya yang besar, atau jika ada beberapa yang berhalangan hadir akan sangat terasa,” jelas Kurnia arofah.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Senja Yustitia. Dosen yang mengampu beberapa mata kuliah Jurnalistik tersebut mengatakan hal ini ada kaitannya dengan banyaknya tugas penulisan. Mahasiswa yang terlalu terpaku dengan prospek kerja yang itu-itu saja juga menjadi salah satu penyebab sedikitnya peminat konsentrasi ini.
“Memang basis penulisannya banyak, tetapi tidak rumit. Kedua, ada banyak yang menganggap bahwa konsentrasi ini hanya untuk yang nantinya ingin jadi wartawan. Padahal, tidak juga. Keahlian di bidang kepenulisan, kemampuan nalar, logika, dan berpikir kritis diperlukan semua bidang, tidak hanya jurnalis,” tambahnya.
Senja menambahkan, mengajar mahasiswa yang sedikit memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. “Kelebihannya, justru saya bisa lebih detail dalam memberikan feedback pada setiap tugas mahasiswa. Namun, sebagai konsentrasi dan keilmuan, tentu sangat bagus kalau semakin banyak yang bergabung,” jelas Senja yustitia.
Tidak hanya dosen, mahasiswa pun menyampaikan komentarnya terkait konsentrasi ini. Muhammad Fajar Gifary, salah satu mahasiswa ilmu komunikasi Angkatan 19 mengatakan bahwa konsentrasi Jurnalistik terbilang menakutkan.
“Hal tersebut (menakutkan) karena dituntut harus pandai menulis dan harus update dengan peristiwa yang terjadi. Selain itu, harus berani bertanggung jawab dengan apa yang dibuat,” ujar mahasiswa yang akrab disapa Fajar tersebut.
Meski demikian, dirinya sempat mempertimbangkan untuk memilih konsentrasi Jurnalistik sebelum memasuki semester 4. “Sempat ingin sebenarnya. Akan tetapi, karena hal–hal yang saya sebut di atas, akhirnya tidak jadi ambil jurnal,” tutup mahasiswa yang akhirnya mengambil Konsentrasi Marketing Komunikasi tersebut.
Hal senada diungkapkan oleh Lisa Firdaus Siti Nurjanah. Mahasiswa yang akrab disapa Lisa tersebut mengatakan bahwa Konsentrasi Jurnalistik dianggap menakutkan oleh mahasiswa karena tugas yang menumpuk.
“Iya, menurut saya konsen Jurnalistik itu sedikit menakutkan karena banyak sekali tugas dan prinsip yang harus dikerjakan dengan konsisten. Kita juga selalu dituntut untuk memiliki prinsip yang baik dalam menulis, meminimalisir kesalahan, teliti, serta selalu siap liputan kapan saja,” ujar mahasiswi Angkatan 2019 tersebut.
Lisa menambahkan, dalam kegiatan Jurnalistik tulisan yang disampaikan harus sesuai dengan kaidah penulisan. Tulisan ataupun liputan juga harus sesuai fakta dan bisa dipertanggung jawabkan kebermanfaatannya. Meski demilkian , di awal masuk kuliah Lisa sebenarnya ingin masuk konsentrasi Jurnalistik.
“Justru awal
kuliah saya ingin masuk konsentrasi Jurnalistik, tapi karena setelah saya
mengenal diri saya lebih dalam, saya berubah pikiran dan memilih konsentrasi
lain yang saya kira lebih cocok dengan saya,”. tutup Lisa. (Gayuh Laksono)
Editor: Mohamad Rizky Fabian
Tulis Komentarmu