Suka Duka Mahasiswa Angkatan 2020 dalam Menjalani Kuliah Daring
Ilustrasi
rasa lelah yang dirasakan mahasiswa angkatan 2020 selama perkuliahan daring.
(Sumber: rencanamu.id) |
Pandemi Covid-19 yang terjadi mulai awal tahun 2020 berimbas pada bidang pendidikan. Hingga pertengahan tahun 2021, hampir semua kegiatan di berbagai tingkat pendidikan dilaksanakan secara daring, tak terkecuali pada tingkat perguruan tinggi. Seleksi untuk calon mahasiswa baru 2020 yang secara nasional diadakan, menerapkan sistem yang berbeda lagi dari tahun 2019 sebelumnya. Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) hingga perkuliahan yang berlangsung saat ini pun dilaksanakan via daring.
Sebagian besar mahasiswa angakatan 2020 belum pernah menginjakkan kakinya di kampus ataupun sekadar merasakan suasana kampus. Bahkan hingga perkuliahan saat ini masih banyak menerapkan secara daring hampir di seluruh kampus, mengingat kondisi pandemi belakangan yang kian meningkat dan belum dapat diprediksi.
Suka dan duka
dirasakan oleh mahasiswa angkatan 2020 yang kerap disebut angkatan pandemi.
Tidak sedikit mahasiswa angkatan 2020 yang kecewa dan harus cepat beradaptasi
dengan pembelajaran secara daring saat awal perkuliahan. Adaptasi tersebut
dilakukan agar kegiatan pembelajaraan dapat berjalan dengan lancar, nyaman dan
juga efektif.
Bagi beberapa
mahasiswa angkatan 2020, perkuliahan daring di awal semester merupakan
tantangan yang tidak dirasakan oleh angkatan lainnya. Sejak diterima di
perguruan tinggi, mereka belum pernah secara langsung datang ke kampus dan
merasakan suasanan kegiatan belajar mengajar di kampus. Tidak hanya itu, mereka
juga belum berinteraksi secara langsung dengan teman-teman angkatan 2020
lainnya.
Keluh kesah kuliah
daring disampaikan oleh Nafisa Arin Rahma, salah satu mahasiswi angkatan 2020 prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Universitas Brawijaya. Dirinya
merasakan bahwa selama perkuliahan daring, kegiatan belajar mengajar terkadang
terasa membosankan. “Kadang
terasa membosankan karena terlalu monoton. Meski demikian, kuliah daring juga
memiliki keuntungan yaitu terasa lebih fleksibel,” ujarnya.
Hal berbeda
dirasakan oleh Ferdiansyah Prasetyo Ardi, mahasiswa angkatan 2020 prodi Peternakan dari
Universitas Brawijaya. Dirinya tidak begitu mengeluhkan perkuliahan daring
karena sudah memiliki persiapan yang cukup matang.
“Dari awal, sudah
ada bayangan nantinya semester awal akan dilakukan secara daring. Jadi, di
rumah juga sudah mempersiapkan fasilitas pendukung seperti wifi dengan
kecepatan yang memadai untuk kuliah online,” tuturnya.
Meski sudah melakukan persiapan, kendala
tetap dialami oleh Ferdiansyah ketika melakukan kegiatan perkuliahan secara
daring. “Sejauh ini, tidak senangnya dikarenakan suasana terkadang kurang
kondusif, sih. Misalnya ada tetangga yang kadang berisik atau gangguan
lain yang tak terduga,” ungkap remaja berusia 18 tahun tersebut.
Dari aspek
pembelajaran dan lingkungan, Siti Aisahasnati, mahasiswi angkatan 2020 prodi Teknik Kimia
UPN “Veteran” Yogyakarta, menganggap dirinya semakin teliti dan terus mengatur
strategi untuk materi yang disampaikan dosen bisa mudah dipahami. “Selama
online dari semester awal, aku jadi bisa lebih teliti untuk bisa mengatur waktu
dan metode belajar sesuai kenyamanan. Misalnya merekam penjelasan dosen saat
kelas online berlangsung, yang pastinya sudah meminta ijin terlebih dulu kepada
dosen yang bersangkutan. Setelah itu aku jadi lebih leluasa mengatur tempat dan
fasilitas yang sekiranya dibutuhkan. Sejauh ini, kesalahan yang kadang sering
terjadi yaitu kurang komunikasi efektif yang berakibat kesalahan persepsi baik
saat pengajaran dan belajar bersama,” ujarnya.
Tak hanya dari
aspek perkuliahan dan juga lingkungan, suka dan duka yang dirasakan oleh
mahasiswa angakatan 2020 juga terasa dari segi hubungan sosial di kehidupan
kemahasiswaan tingkat paling bawah yaitu hubungan pertemanan. “Sejauh ini bisa
akrab dengan teman-teman kuliah melalui sesi kelas bareng, sih. Kebetulan aku
juga sudah bertemu dengan beberapa teman seangkatan di jurusanku ketika kemarin
ke kampus UB yang di Malang. Namun untuk secara keseluruhan, kadang
(berinteraksi) di acara online yang diselenggarakan himpunan prodi,” ungkap
Nafisa.
Kondisi berbeda
dialami oleh Aisa. Karena berdomisili di luar Yogyakarta, ia belum sempat
berinteraksi dengan teman kuliahnya sama sekali. “Kalau dari aku, kadang
terkendala dari segi waktu dan tempat. Posisiku sekarang lagi tidak di Jogja.
Saat first gathering kemarin tidak bisa ikut dan belum bisa ketemu langsung
teman seangkatan lainnya,” ungkap Aisa.
Perkuliahan yang
diterapkan secara daring membuat banyak dari mahasiswa angkatan 2020 yang belum
memiliki bayangan tentang perkuliahan di semester depan. Entah akan dilakukan
secara daring lagi, hybrid, ataupun luring. “Belum ada bayangan sih bagaimana
perkuliahan semester depan. Meskipun kemarin aku sudah mengisi survei dari
pihak kampus dan tahu sudah ada kampus lain yang mewacanakan perkuliahan mereka
dengan pola hybrid learning, tapi kembali lagi juga dengan kesiapan dan kondisi
mahasiswa, kampus, dan kota tempat kampus itu berada,” ungkap Ferdi. (Shinta
Tri Pangestu)
Editor: Syiva P.B.A
Tulis Komentarmu