Lika-Liku Transisi Kepemimpinan BEM FISIP
Lambang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran”
Yogyakarta. (Sumber: Arinda
Qurnia) |
Proses demisioner Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (BEM FISIP) UPN
“Veteran” Yogyakarta periode 2021 mengalami keterlambatan. Hal ini disebabkan oleh sulitnya mencari sosok
pemimpin baru. Rumitnya transisi kepemimpinan ini akhirnya berdampak pada
penyusunan kabinet periode selanjutnya.
Rekam Jejak Dinamika BEM FISIP 2021
Babak Awal Kabinet Swara Karsa
BEM FISIP 2021 yang mengusung nama Kabinet
Swara Karsa dinaungi oleh
Achmad Fajrul Falah selaku ketua dan Cena Meydiawati selaku wakil ketua. Sejak terpilih, Fajrul mengaku banyak hambatan telah menghampiri
mereka. Hal ini terus bergulir dan memuncak di akhir
periode.
“Hambatan
yang benar-benar dirasakan adalah membentuk kabinet. BEM FISIP tidak
mendapatkan kader-kader terbaik dari himpunan. Berdasar survei lisan yang aku
lakukan, tidak ada satu pun himpunan yang pengkaderannya memberi pesan kalau
setelah mengabdi di himpunan atau jika ada kesempatan naik ke fakultas ya silakan
naik. Himpunan tidak memberikan kader terbaiknya, tetapi meminta hak
terbaiknya tanpa melihat bagaimana BEM ini terbentuk,” jelas Fajrul pada Selasa
(1/3/2022).
Pengurus yang terpilih bukan merupakan kandidat terbaik sehingga
menjadi beban moral karena tuntutan yang ada. Sementara itu, BEM FISIP dituntut
untuk menjadi wadah yang ideal dalam pergerakan, pembelajaran, pengabdian, dan
advokasi.
Meskipun
demikian, Fajrul
menampik jika pengurus yang ada berkualitas buruk. Secara gamblang, dirinya menceritakan
beberapa orang yang bergabung di kabinet harus melalui jalur ‘ketuk
pintu’. Hal ini lantaran
masih kurangnya pengurus saat open recruitment, bahkan untuk Departemen Advokasi saja tidak ada pendaftar.
“Hambatan
lain adalah koneksi antar demisioner BEM. Sebenarnya baik-baik saja, tetapi tidak seideal di
himpunan. Balik lagi, kepemilikan di BEM dan kepemilikan di himpunan itu rasanya berbeda.
Temen-temen di FISIP itu di-set untuk
mengabdi dan lebih memiliki rasa di himpunan daripada di tingkat fakultas,”
pungkas mahasiswa Hubungan Internasional 2018 tersebut.
Penilaian
Pelaksanaan Program Kerja BEM FISIP
Penilaian BEM FISIP dalam Laporan Pertanggungjawaban DPM FISIP mengacu pada Peraturan No. 1 tentang Pengawasan dan Penilaian Kinerja OK. (Sumber: Suarasikap/Arinda Qurnia) |
Mengacu
pada penilaian Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FISIP sebagai lembaga
legislatif, sebenarnya kinerja BEM FISIP mendapatkan rata-rata nilai baik. Hal
ini tertuang dalam Laporan
Pertanggungjawaban
DPM FISIP 2021.
Toibul
Hadi selaku Ketua DPM FISIP 2021 menjelaskan bahwa penilaian yang diberikan
oleh DPM masih banyak kekurangan.
Hal ini karena pengawasan dan penilaian kinerja
Organisasi Kemahasiswaan (OK) masih berupa penilaian program kerja yang
bersifat fundamental. Menurutnya, keseluruhan nilai yang baik itu untuk
penyelenggaraan program kerja dan
bukan
berdasarkan output.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi
angkatan 2020, Satriyani Nur Saputri
turut memberikan penilaian. Mahasiswa yang akrab dipanggil Triya
ini mengaku belum merasakan manfaat dari kepengurusan BEM periode lalu.
Pendapat berbeda
dilontarkan Mahasiswa Administrasi Bisnis angkatan 2019,
Eridani Kartiko Adi.
Ia
mengaku merasakan manfaat dari BEM FISIP 2021 karena memang di tahun itu ia
juga tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi Bisnis.
Jadi, dalam
perjalanannya bersinggungan dengan BEM FISIP. Namun, ia juga tidak menafikan
bahwa kinerja BEM FISIP 2021 memang rendah jika dilihat dari sudut pandang
mahasiswa biasa yang tidak tergabung organisasi.
“Kalau saya memposisikan
diri sebagai mahasiswa biasa yang tidak aktif dalam keorganisasian, saya malah berpikir
kalau BEM FISIP hanya organisasi mencari sertifikat. Menurut saya, progam
kerja
mereka kurang menarik dan cuma itu-itu saja. Progam yang menarik hanya LDK
(Latihan Dasar Kepemimpinan) dan itu hanya dirasakan mahasiswa baru saja,” jelas mahasiswa yang akrab dipanggil Dani ini.
Persoalan Lama, Krisis Penerus Ketua dan Wakil Ketua
Terlepas
dari hambatan di awal periode dan pelaksanaan program kerja, BEM FISIP terbentur persoalan klasik tahunan, yakni regenerasi di akhir
kepengurusan.
Pendaftaran Calon Ketua dan Wakil Ketua
BEM FISIP 2022 semula dilaksanakan pada 15-19 November 2021. Namun, hingga dibuka pendaftaran
kedua pada 29-31 Januari 2022,
calon masih belum berhasil ditemukan. Alhasil, pasangan
calon Seftia Kuspita dan Rifqi Candra Khairullah dicetuskan dalam rangkaian Musyawarah
Besar IV KM FISIP.
Kali ini merupakan tahun
ketiga calon ketua dan wakil BEM FISIP beradu dengan kotak kosong. Di
tahun 2020, hanya terdapat satu pasangan calon, yakni Muhammad Hafidz
Azhar dan Wenta Prasetya Ginting. Sementara di 2021, Fajrul dan Cena juga
menjadi calon tunggal. Fajrul menambahkan bahwa pada periode 2019, Leo Indarta
sebagai Ketua BEM FISIP juga
terpilih
atas kehendak forum lantaran kekosongan kandidat.
“Di
H-1, jam 1 malam, sudah injury time, Bang
Hafidz datang meminta tolong untuk aku naik karena mau siapa lagi yang naik? Kalau dibilang tidak ada
motivasi juga engga. Kalau dibilang ada
motivasi juga engga sepenuhnya. Di awal saat bergabung
memang ada kemauan melanjutkan BEM FISIP di jajaran ketua, tetapi motivasi sempat
hilang di tengah periode,” tutur Fajrul melalui platform Google Meeting.
Keterlambatan
bakal
Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP 2022 dalam pandangan Toibul Hadi disebabkan oleh
iklim dan partisipasi politik di FISIP. “Untuk tiga tahun ke belakang, aku
belum bisa berikan komentar. Tapi secara general, aku melihat bahwa politik di
FISIP ini telah mati dan mahasiswa FISIP itu sendiri yang membunuhnya. Tidak
acuh terhadap berjalannya roda demokrasi di FISIP itu saja sudah membunuh
politik di FISIP. Terlebih
lagi,
tidak berpartisipasi dalam politik di FISIP. Itu juga membunuh,” tegas Toibul
pada Jumat (25/02/2022).
Memandang
Pelanggaran dari Sudut Pandang DPM dan BEM FISIP
Dalam
persoalan mencari pemimpin
baru ini DPM FISIP menjalankan perannya dengan menggunakan
hak inisiatif. Kewenangan tersebut
merupakan hak untuk mengajukan, menganjurkan, dan
memberikan pertimbangan. Hal
ini berfungsi
untuk memberikan arahan dan rekomendasi terhadap kinerja
dan atau permasalahan yang dihadapi oleh BEM FISIP.
Toibul
menyebutkan DPM FISIP telah menyumbangkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM)
kepada BEM FISIP. Selain itu, juga disampaikan draf Peraturan Fakultas No. 3 tentang Pemilihan Umum Raya
Mahasiswa FISIP dan Peraturan No. 4 tentang Partai Politik Mahasiswa FISIP.
Menurutnya,
Partai Politik Mahasiswa FISIP menjadi perpanjangan tangan atau kendaraan
politik untuk mencari regenerasi. Namun, BEM FISIP inkonsisten menegakkan Peraturan
No. 4 tersebut.
Hingga akhirnya,
DPM FISIP mengeluarkan Surat Peringatan 1 kepada BEM FISIP.
Merespons
pernyataan Toibul, Fajrul memberikan penjelasan lain. Baginya, hal ini bukan
menyoal tentang antusiasme atau iklim dan partisipasi politik saja. Namun, apabila dipukul mundur,
pihak-pihak yang peduli dan mau terlibat dalam forum tingkat fakultas masih
sedikit. Rata-rata banyak pihak yang kritis dan mau bersuara sebatas di tingkat
himpunan. Sedangkan ketika memasuki forum tingkat fakultas, lantas menjadi diam. Antusiasme tidak dapat
dijadikan faktor utama,
tetapi menjadi salah satu faktor saja.
Lebih
jauh lagi, Fajrul mengkaitkannya dengan sejarah UPNVY yang sebelumnya menjadi
bagian dari Kementerian Pertahanan dan Keamanan. Dampaknya, terbentuk budaya yang mendidik
mahasiswa untuk patuh dan mengikuti kebijakan universitas dan bukan mengkritisinya.
“Mungkin jika aku berprasangka buruk,
tuntutan atas rendahnya partisipasi politik itu menjadi titik kesalahan di BEM
FISIP karena tidak bisa menghadirkan ruang politik yang baik. Padahal elemen
FISIP tidak hanya BEM. Namun, ada
DPM, himpunan, KSM, bahkan hingga tingkat mahasiswa itu sendiri. Lalu BEM FISIP
mendapat apa dari semua yang mendukung harmonisasi politik itu?” ungkap Fajrul.
Pelanggaran Peraturan No. 4 yang dinyatakan oleh DPM
FISIP lantas diklarifikasi oleh Fajrul. Adanya partai politik tersebut merupakan inisiasi
Toibul di bulan Agustus 2021. Tiga dari empat ketua
himpunan di FISIP sempat menolak usulan
tersebut karena merasa belum siap. Hingga pada September 2021, Toibul
menyampaikan kembali bahwa perlu
adanya partai dan akhirnya disepakati akan adanya partai tersebut.
“Pelanggaran
yang dimaksud oleh Toibul adalah terlambatnya Surat Keputusan (SK) partai yang
tidak dikeluarkan oleh BEM FISIP. Pelanggarannya karena dianggap menahan SK
partai. Faktanya, BEM
FISIP memang masih berjalan sambil meraba-raba. Jika sejak awal tugas pokok BEM terdapat tentang
kepartaian tidak apa-apa disalahkan. Akan tetapi, kepartaian ini baru
muncul di akhir periode. SK dikeluarkan setelah selesai Pemura. Sementara BEM
FISIP, tidak
ada bekal persiapan kepartaian dan Departemen Eksternal mempelajarinya sepaham
mereka,” urai Fajrul.
Bersebrangan
dengan Toibul mengenai partai politik, Fajrul menekankan bahwa sudah atau belum
terbitnya SK Partai, jika memang terdapat kandidat calon ketua dan wakil ketua
dipersilakan mendaftarkan diri saja. Ia berpikiran jika adanya kesempatan
terbuka, tetapi
tidak diambil untuk mencalonkan diri dan justru menunggu adanya partai, artinya
hal ini bukan semata-mata menyiapkan calon. Namun, terdapat embel-embel
kepentingan lain.
Pemetaan
Evaluasi BEM FISIP 2021
Berangkat
dari polemik-polemik Kabinet Swara Karsa dalam satu periode, Fajrul dan Toibul
menyampaikan beberapa poin evaluasi. Toibul memberikan evaluasi di antaranya agar menjaga keseimbangan
yang lebih ideal antara legislatif dan eksekutif, intensitas konsolidasi, dan ruang komunikasi di
tingkat fakultas-jurusan, serta pemahaman sistem demokrasi dan konstitusi.
“Untuk
BEM FISIP, lebih ditingkatkan lagi pemahaman sosial-politiknya. BEM FISIP itu pejabat
publik, pelayan mahasiswa, babu rakyat FISIP, bukan EO (event organizer),”
tutupnya.
Selaku
nahkoda dalam bahtera BEM FISIP, Fajrul pun menyadari beberapa kekurangan dan
hal-hal yang perlu diperbaiki. Dirinya memandang bahwa berbagai hambatan di awal periode
berimbas pula pada akhir periode yang juga tidak mudah.
Dalam
hal regenerasi, Fajrul menangkap bahwa diperlukannya keterlibatan kader terbaik
dari keempat himpunan yang siap memperebutkan posisi di BEM FISIP. Terlebih, hingga saat ini tidak
ada sistem kaderisasi yang diturunkan dari periode sebelumnya. Regenerasi berjalan secara
natural mengikuti alur.
“Selama
ini dianggap ketua harus dari pengurus BEM. Fakultas jangan dipandang sebelah
mata dan merasa lebih memilih ini atau itu. Jika punya kesadaran dan kepedulian
untuk mengabdi ya sudah lakukan saja. BEM bukan tempat ketika tidak
diterima di himpunan atau terpaksa untuk mencari sertifikat. FISIP ini bagian
dari kita meski
melihat fakta bahwa FISIP masih menjadi fakultas pembelajaran, belum menjadi
fakultas penggebrakan seperti di luar sana,” ucap Fajrul.
Pemura
Super Singkat
Orasi pasangan calon Seftia Kuspita dan Rifqi Candra pada akun Instagram @pemurafisip. (Sumber: Suarasikap/Delima Purnamasari) |
Seftia
dan Rifqi
yang dicetuskan
dalam
rangkaian Musyawarah Besar IV KM FISIP menyebabkan Pemura tidak berjalan seperti biasanya. Jika menilik pada
laman media Instagram @pemurafisip, unggahan pertama terkait pemilihan Ketua
dan Wakil BEM FISIP 2022 yang berupa video orasi dilakukan pada 1 Februari.
Sedangkan untuk pemilihan, sudah dilangsungkan empat hari setelahnya, yakni
tanggal 5 Februari.
Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM)
FISIP sendiri merupakan lembaga yang baru ada pada 2021 lalu. Di tahun-tahun
sebelumnya, FISIP selalu
berpartisipasi melalui KPUM di tingkat universitas.
Ketua Pemura FISIP 2021, Axel Dhira menjelaskan beberapa alasan pemantik dibentuknya KPUM di tingkat FISIP ini. Di antaranya, mencoba membangun kembali partisipasi politik mahasiswa FISIP untuk berdinamika
di fakultas, menjadi langkah maju bagi DPM FISIP dalam membuat undang-undang pemilihan tingkat Fakultas
dan dilaksanakan sendiri, hingga diharapkan menjadikan FISIP sebagai salah satu fakultas yang mampu tetap stabil dalam menghadapi
fluktuasi politik di Pemura tingkat Universitas. Kendati begitu, pada awal
realisasi pelaksanaannya di bulan
November kemarin, panitia Pemura hanya
melaksanakan rangkaian pemilihan Ketua Himpunan dari Jurusan Hubungan
Internasional saja.
“Saya baru tahu kalau ada Pemura gara-gara wawancara ini. Barusan saya cek kembali ternyata memang sudah dilaksanakan 5 Februari kemarin,” ujar Triya.
Perihal baru mengetahui
Pemura, ia berdalih tidak mengetahui sebab tidak
mendapatkan sosialisasi sama sekali. “Iya tidak tau.
Saya
kira saya yang kurang literasi karena tidak menyimak grup angkatan. Biasanya informasi
mengenai kegiatan kampus seperti Pemura memang dari sana. Namun, di grup angkatan saya
memang tidak ada,” jelas Triya.
Hampir sama dengan Triya,
Dani juga setuju bahwa Pemura kali ini memang kurang baik
dalam hal sosialisasi. “Saya tau (Pemura) dari ketua himpunan saya dan cek
Instagram Pemura FISIP. Mengenai rangkaian Pemura, saya kurang sreg karena harusnya momen ini adalah pesta demokrasi.
Untuk sounding juga sepertinya panitia luput,
bahkan untuk orasi atau
debat paslon saya tidak tau kapan,” jelasnya.
Axel selaku Ketua juga
mengakui bahwa Pemura FISIP secara mandiri memang hal yang baru. Eksistensinya
belum terdengar sehingga partisipan belum terlalu banyak. Selain itu,
Axel juga mengungkapkan jika sempat terjadi kendala dalam mengiriman kode one time password. Hal ini lantaran banyaknya
jumlah mahasiswa yang melakukan aktivasi akun dalam waktu yang bersamaan.
Ketua Pemura FISIP Kedua, I
Gusti Ngurah Ananta turut menjelaskan strategi KPUM dalam mengatasi selang waktu empat hari
dalam Pemura ini. “Kita sudah menyiapkan strategi dalam pemilihan yang sempit
ini dengan bantuan dari panitia tahun lalu. Sebelum tanggal 1 saat orasi akan diunggah,
panitia sudah menyiapkan semuanya,” ujar mahasiswa yang kerap disapa Gusnan
ini.
Pihaknya juga mengaku telah melakukan strategi
untuk memastikan masyarakat FISIP bisa mengenal para calon berikut programnya.
Hal ini dilakukan dengan mempromosikan Instagram pemura kepada warga FISIP
melalui perwakilan panitia pemura serta mengunggah wajah dari pasangan calon.
Mengenai tidak adanya debat dan juga orasi, Gusnan
menjelaskan karena kandidat calon adalah pasangan tunggal dan sifat pemilihan dari BEM yang insidental. Ia hanya
menjalankan Pemura berdasar peraturan yang telah berlaku. Selain itu, pasangan calon
ini juga tidak melalui uji
kelayakan yang mengacu pada Peraturan No. 3 yang dilakukan oleh DPM. Mereka hanya melakukan verifikasi berkas.
Menyikapi adanya beberapa pihak yang masih melakukan
pemilihan di himpunan
masing-masing, Axel memberikan komentarnya. “Himpunan
tidak ikut bukan berarti tidak mendukung, melainkan terkendala aturan yang
belum diamandemen saja.”
Lebih lanjut, Axel juga
mengungkapkan harapannya. “Semoga ke depannya seluruh jurusan dapat berpartisipasi pada rangkaian Pemura FISIP.”
Arah Gerak BEM FISIP 2022
Seftia dan Rifqi berhasil terpilih menjadi Ketua dan
Wakil Ketua BEM FISIP periode 2022 setelah memperoleh 288 dari 460
suara yang masuk. Seftia tertarik mencalonkan diri
karena
ingin membantu mahasiswa FISIP untuk menjadi lebih maju lagi.
“Tertarik
sebenarnya lebih karena
ingin membantu FISIP. Kemarin
juga sempat terjadi krisis kader karena memang anak-anak 2019 banyak yang
sibuk. Kebetulan di sini
saya tidak terlalu sibuk. Di sisi
lain,
saya juga sudah
ada di himpunan sehingga ingin upgrade ke BEM FISIP. Jadi, sekalian membangun value
dalam diri agar nanti setelah lulus ada nilai tambah dari softskill
yang saya miliki,” jelas
mantan Staff Advokasi Himakom ini.
Seftia
mencalonkan diri sebagai Ketua
BEM FISIP 2022 melalui jalur independen. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, saat ini FISIP
telah
memiliki partai politik.
Namun,
Seftia
mengaku tidak mencalonkan diri lewat partai karena ia tidak tergabung di dalamnya.
“Partai
tersebut kan masih terbilang baru. Saya
juga tidak terlalu mengikuti perkembangan partai ini. Jadi, saya
mencalonkan diri secara independen,” tambahnya.
Melihat partisipasi mahasiswa yang rendah dalam Pemura
kali ini, Seftia mengaku tidak bisa banyak membantu
karena ini
merupakan tanggung jawab KPUM FISIP sepenuhnya. Namun, ia mengakui bahwa Pemura
kali ini memang belum maksimal.
“Sebenarnya
Pemura itu kan bukan tugas BEM.
Itu tugas DPM. Jadi, dari saya memang tidak bisa
mengintervensi. Namun,
saya sendiri banyak berterima kasih apalagi kepada anak-anak 2020 kemarin yang
banyak membantu meski sebenarnya mereka sendiri masih kurang pengalaman dan
sibuk kuliah,” jelas Seftia.
Seftia dan Rifqi mengusung visi untuk dapat mewujudkan badan eksekutif
yang aktif, aspiratif, dan kolaboratif dengan melibatkan mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Saat ditanya strategi mewujudkannya, Seftia menjawab
akan lebih banyak merangkul stakeholder di FISIP. Mulai dari himpunan, LPM,
KSM, dan lainnya.
“Saya ingin orang merasa BEM FISIP ini
milik semua. Untuk itu,
saya berencana menggunakan pendekatan yang kultural, bukan struktural. Kalau
struktural kan hanya menjamah himpunan. Saya inginnya BEM FISIP bisa menjamah semua
mahasiswa FISIP,” jelasnya.
Hingga liputan ini diunggah, BEM
FISIP periode
2022 belum juga secara resmi mengumumkan awal periode mereka. Seftia mengaku
memang ada hambatan
dalam pergantian periode ini.
Ia mengaku sempat terkendala di musyawarah besar. Namun, ia
optimis dapat mengejar ketertinggalan akibat jeda waktu yang cukup lama ini.
“Terkendala di Mubes dan lainnya sehingga periode ini akan
lebih pendek. Namun, saya yakin kita bisa jalani karena saya dibantu
teman-teman lain yang sudah berpengalaman. Kita sendiri akan maksimalkan di
program kerja. Kalau bisa kita lebih cas cis cus dalam kerjanya.
Lebih
berkomitmen
dalam mengejar deadline yang ada,”
jelasnya.
Seftia
akan dibantu wakilnya yakni Rifqi yang masih berasal dari angkatan
2020. Seftia
beralasan
bahwa hal ini disebabkan susahnya mencari wakil dari angkatan 2019.
“Kita
sudah mengusahakan mencari anak 2019 juga. Namun, kebanyakan dari mereka sibuk di akademik,
urusan organisasi, dan
urusan lainnya. Anak
2020 yang kita pilih ini juga mempertimbangkan potensi, kinerja, dan bisa bekerja dengan
saya di BEM nanti,” jelasnya.
Pada periode ini, salah satu evalusi
yang mereka utamakan dari BEM
FISIP periode sebelumnya adalah perbaikan komunikasi. Mengakhiri
wawancara, Seftia
berpesan agar ke depannya
seluruh mahasiswa FISIP dapat memberi dukungan pada periodenya. Ia berharap dapat
berkolaborasi dengan semua stakeholder FISIP dan bisa lebih mengeratkan
kekeluargaan di dalamnya.
Harapan
pada Pemimpin Baru
Triya berharap
manfaat BEM FISIP di periode ini lebih dapat dirasakan oleh
semua mahasiswa, bukan hanya
bagi
himpunan saja. Sedangkan Dani,
berharap BEM FISIP periode
baru bisa
lebih baik lagi. Mampu menciptakan kader yang berkualitas dan menjaga
regenerasi untuk keberlangsungan BEM FISIP.
“Aku memberikan rekomendasi ke temen-temen pengurus
baru untuk menambah departemen kaderisasi yaitu Sinerma (Sinergi Mahasiswa). Untuk
ketua dan wakil ketua cuma satu sih. Tetap berjuang karena mau gimana pun FISIP ini
bukan wadah yang sudah matang dan sudah jadi, tetapi
masih harus diperjuangkan dari semua lini,” tutup Fajrul. (Arinda Qurnia Yulfidayanti, Bomaseta Aadiyaatloka,
Yahya Wijaya Pane)
Editor: Delima Purnamasari
Tulis Komentarmu