Mengubah Pesimisme Menjadi Karya Melalui Pameran Conviction
Suasana di Pameran Conviction. (Sumber: Instagram @hanantm_) |
Atreyu Moniaga, seniman dan ilustrator asal Jakarta mengadakan pameran
tunggal pada 19 Februari - 3 April 2022. Acara berlokasi di Tirtodipuran Link
Yogyakarta. Pameran yang diselenggarakan oleh Kohesi Initiatives ini
menampilkan empat puluh karya Atreyu Moniaga. Di antaranya 26 lukisan, 24
patung, dan seri karya kolaborasi.
Tiket masuk Pameran Conviction dijual secara daring pada situs loket.com
dengan harga Rp. 20.000. Tiket dapat dipesan minimal dua hari sebelum
kunjungan. Waktu kunjungan pameran dibagi menjadi tiga sesi dan setiap sesi berdurasi
dua jam.
Nin Djani, sang kurator, mencatat bahwa melalui proses intropeksi dan
eksplorasi yang ia lakukan, Atreyu Moniaga mengolah perasaan pesimisme menjadi
sebuah karya yang kuat. Proses olah rasa ini dilakukan tanpa menafikan
sisi-sisi gelap dalam dirinya ataupun melakukan glorifikasi penderitaan sebagai
satu-satunya sumber inspirasi.
“Justru ia mengakui keberadaan sisi-sisi itu. Hal ini sebagai langkah
pertama untuk memahami dirinya lebih baik lagi,” kata Nin Djani.
Pada akhirnya, Conviction adalah sebuah rekaman yang mendokumentasikan
proses pencarian ritme dan penerimaan diri. Proses ini bersumber pada satu pola
pikir, yaitu setia pada kata hati.
Jika diamati lebih cermat maka akan ditemukan banyak gambar ikan paus
pada karya Atreyu. Ini merupakan perumpamaan dari permasalahan sosial yang
besar. Namun, saat dibawa ke ranah media sosial, permasalahan besar akan menjadi
sebuah diskusi publik sehingga mendapatkan titik terang.
Pameran Conviction terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama terletak
di lantai satu. Karya-karya pada bagian ini menggambarkan bagaimana Atreyu
meredam berbagai ekspektasi dalam dirinya. Hal tersebut tercermin dari
karya-karya serpenta dan social toxic.
Pada lantai dua menggambarkan bagaimana Atreyu mencoba bereksplorasi
melalui karya-karya seninya dengan menggunakan media baru, selain kertas dan
kanvas. Sementara bagian tiga, terletak di samping lantai pertama dengan karya
berbentuk audio visual mengenai konsep moksa, yaitu melepaskan diri dari segala
ikatan duniawi.
Salah satu karya menonjol dari pameran ini bernama Humble Braggers. Karya
tersebut terinspirasi dari bentuk tanaman padi yang telah matang. Dengan menyisipkan
kejutan jenaka dari pepatah ‘seperti ilmu padi, kian berisi, kian merunduk’,
karya ini justru mencoba menyoroti perilaku yang banyak terjadi pada generasi
sekarang, yakni pamer alias colongan. Perilaku di mana kita
merendah untuk mendapatkan pujian dari orang lain.
Kontributor: Akbar Prabawa Mukti
Editor: Arie Sulistyaning Tyas
Tulis Komentarmu