Museum Batik Pekalongan: Bangkitnya Wisata Edukasi Melestarikan Batik di Masa Pandemi
|
Pengunjung Museum Batik Pekalongan (sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Pengunjung Museum Batik Pekalongan (sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Sebelum
pandemi,
pengunjung Museum Batik Pekalongan mencapai puluhan ribu per tahun. Namun, pada tahun 2020 setelah munculnya pandemi,
jumlah pengunjung semakin
berkurang. Ruang
gerak pengelola museum menjadi terbatas karena aturan PPKM daerah
Pekalongan semakin
diperketat. Akhirnya saat pertengahan tahun
2020, pihak pengelola memutuskan untuk menutup museum selama empat bulan.
Saat tahun kedua pandemi, Pihak pengelola membuka
kembali Museum Batik
Pekalongan melalui pameran koleksi. Tema yang diangkat adalah “Bangkitlah
Batik Indonesia.”
Terdapat tiga
ruang pamer dan satu ruang workshop di dalamnya.
Ruang pertama diberi nama “Bangkitlah Batik
Indonesia.” Ruang ini
menyajikan batik-batik Indonesia dalam berbagai fase
sejarah. Mulai dari batik masa kerajaan nusantara yang menyimbolkan kesakralan. Lalu batik masa kolonial
Belanda yang motifnya
sudah dipengaruhi budaya lain.
Kemudian batik masa kependudukan Jepang dengan motif Djawa Hokakai. Serta batik masa
kemerdekaan dan pasca kemerdekaan yang identik dengan motif persatuan.
Suasana
dalam ruang pamer satu (sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Suasana ruang pamer tiga (Sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Suasana ruang pamer tiga (Sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Suasana ruang pamer tiga (Sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Sedangkan ruang workshop digunakan untuk menyimpan alat-alat membuat batik dan pertunjukan cara membatik. Pengunjung dapat melakukan praktik membatik dengan bimbingan petugas. Hasil dari praktik dapat dibawa pulang dan tidak dipungut biaya.
Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani |
Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani |
Suasana workshop dan ilustrasi alat bahan membatik (Sumber: Dias Nurul Fajriani |
Biaya tiket sebesar Rp. 2000 dikenakan bagi pelajar, Rp. 5000 bagi mahasiswa dan umum, Rp. 10.000 bagi wisatawan mancanegara. Tarif murah ini merupakan bentuk pengakuan dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) bahwa masyarakat perlu menjaga pelestarian budaya batik. Tujuannya agar klaim batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia tidak hilang.
Pengunjung tetap menggunakan masker (Sumber: Dias Nurul Fajriani) |
Pameran koleksi ini dibuka setiap hari dan dilaksanakan sampai akhir tahun 2022. Pengunjung dapat mengitari seluruh area museum didampingi pemandu yang akan menjelaskan secara detail.
Reporter : Dias Nurul
Redaksi : Arie Sulistyaning Tyas
Tulis Komentarmu