Perayaan Dies Natalis UPN “Veteran” Yogyakarta dalam Festival Mahasiswa Resah
Pembacaan tuntutan peserta aksi. (Sumber: Delima Purnamasari) |
Yogyakarta, SIKAP - Mahasiswa UPN
“Veteran” Yogyakarta yang mengatasnamakan diri Konsolidasi Mahasiswa Resah
(Komar) menggelar aksi demonstrasi di depan gedung rektorat, Kamis
(15/12/2022). Aksi ini merupakan perayaan para demonstran atas Dies Natalis
kampus yang ke-64.
Komar sendiri
merupakan forum komunikasi yang berupaya melakukan pengawalan kebijakan
birokrasi. Menurut Hendro selaku Koordinator Umum Aksi, Komar
hadir karena organisasi kemahasiswaan tidak mampu menyampaikan suara mahasiswa.
“Kami menolak
ikut mediasi karena berkali-kali dialog tidak membuahkan hasil. Kami juga
kurang percaya dengan sistem itu,” jelas Hendro.
Pihak kampus
memang sempat menghalau aksi yang berada di lapangan sofbol. Para
demonstran diminta pindah lokasi. Massa aksi
mengungkapkan kekecewaannya terkait tindakan kampus ini.
“Saya
menyayangkan cara birokrasi merespons, padahal kami baru bersuara
sedikit. Kalau memang bijak, caranya tidak marah-marah begitu.
Pimpinan yang berwenang harusnya lebih dewasa,” jelas Hubba, salah seorang demonstran.
Ketika sudah berpindah tempat, mereka juga sempat diminta untuk segera
menyelesaikan aksinya. Tim Suarasikap coba mengonfirmasi hal ini kepada Budiarto
selaku Dekan Fakultas Pertanian. Ia menjelaskan jika tindakan tersebut didasari karena kegiatan tidak memiliki izin.
“Selama ini jarang-jarang ada ruang sama birokrasi. Kegiatan ini boleh
dicap anarkis dan bar-bar, tapi ini upaya agar kita untuk didengar,”
jelas peserta aksi yang lain, Mahar.
Dalam aksi ini Komar merumuskan lima tuntutan sebagai berikut:
1.
Wujudkan pelayanan pendidikan sesuai
amanat peraturan perundang-undangan
2. Wujudkan kesejahteraan bagi seluruh civitas
academica, baik dosen, pegawai, tendik, dan mahasiswa
3.
Wujudkan kebebasan akademik di
lingkungan kampus
4.
Wujudkan suasana belajar yang aman dari
kekerasan seksual
5. Ciptakan
suasana pendidikan yang aman dan nyaman serta berkeadilan
Mahar mengungkapkan alasannya mengikuti aksi ini karena isu yang dibawa
akrab dengan dirinya. Ia mengaku mengalami kesulitan dalam mendapatkan potongan
UKT meski terjadi perubahan pendapatan. Ia menyayangkan pihak kampus yang
justru melakukan selebrasi dies natalis, padahal masih banyak pekerjaan rumah
yang harusnya diselesaikan.
“Menurutku perayaan dies natalis ini cuma ajang formalitas. Daripada mengeluarkan
uang buat acara yang sifatnya hanya seremonial, birokrasi seharusnya mengajak
mahasiswa duduk bersama dan mencari solusi atas berbagai persoalan yang ada. Bagiku 64
itu cuma angka, tapi kenyataan UPN hari ini engga jauh beda sama hari-hari lalu,”
jelasnya.
Mahar juga mengaku sempat mengawal
isu kekerasan seksual di fakultasnya, tetapi hasil yang diperoleh tidak
memuaskan. Pelaku hanya mendapatkan skors selama
satu semester. Proses penanganan juga dinilai
lambat dan
terkesan hanya untuk formalitas.
Singgih Saptono kala berdialog dengan peserta aksi. (Sumber: Delima Purnamasari)
Wakil Rektor
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Singgih Saptono sempat
turun dan berdialog dengan para demonstran. Ia
menjelaskan jika kampus bersedia menampung tuntutan mahasiswa dan akan mengajukannya
ke forum.
“Rektor sudah membuat roadmap tahun 2023-2025 untuk pembangunan gedung
universitas. Untuk smart campus juga sama. Sekarang baru
dikembangkan di telematika dan rektorat. Akan ada
angket dari LPPM dan anda bisa dengan sejujur-jujurnya menilai,”
ungkapnya.
Meskipun cuaca begitu terik, demonstrasi tetap berjalan damai. Di sela-sela
orasi juga terdapat sesi penampilan musik dan pembacaan puisi. Acara ini ditutup
dengan pembacaan tuntutan dan ayat kursi secara bersama-sama oleh peserta aksi. (Delima Purnamasari, Syiva Pramuji Budi
Astuti)
Editor: Delima Purnamasari
Tulis Komentarmu