Menonton Film di Bioskop Bukan Sekadar Hiburan
Suasana bioskop. (Sumber: Mutiara Fauziah Nur Awaliah) |
Studio bioskop kembali ramai pasca-pandemi. Menonton film jadi pilihan
hiburan banyak orang setelah dua tahun terjeda. Kegiatan ini ternyata tidak
hanya sekadar sarana rekreasi, tetapi mampu memberikan pengaruh positif lain.
Peminat bioskop mulai ramai lantaran penyebaran Covid-19 yang
tak semasif dulu. Masyarakat mulai berani melakukan aktivitas di ruang publik
seiring pelonggaran kebijakan pemerintah terkait PPKM. Program vaksinasi juga
berdampak pada industri film. Masyarakat yang telah mendapatkan dosis vaksin
boleh memasuki studio. Hal ini meningkatkan rasa aman pada penikmat film untuk
memanjakan matanya pada layar lebar.
Industri perfilman yang mulai bangkit juga ikut mendongkrak minat
masyarakat menonton bioskop. Salah satunya ialah Pengabdi
Setan 2: Communion karya Joko Anwar dengan capaian penonton sebanyak
6.390.970 orang. Ada juga Miracle in Cell No.7 besutan sutradara Hanung
Bramantyo. Film produksi Hollywood juga ikut memeriahkan kanca perfilman
Indonesia. Black Panther: Wakanda Forever dan Doctor Strange in the
Multiverse of Madnes, dua film series dari marvel tersebut mampu menyedot
animo masyarakat. Yang terbaru adalah Avatar: The Way of Water yang bisa meraup
untung 6,8 Triliun dalam sepekan penayangan secara global. Film anime dari
Jepang pun ikut andil. Jujutsu Kaisen 0 dan One Piece: Red
menjadi deretan teratas. Bahkan sebelum tayang, keduanya telah banyak ditunggu
oleh pecinta anime.
Film Avatar yang tayang di bioskop. (Sumber: Ghalda Nauli Siregar)
Kesiapan pihak bioskop untuk menarik pengunjung menuai hasil
positif. Berbagai kalangan mulai berani memasuki studio. Salah satunya yaitu
Hanis Isyak Nugraheni, mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan UPN “Veteran”
Yogyakarta.
Hanis mendatangi salah satu bioskop di Yogyakarta bersama
teman-temannya. Meskipun bioskop tetap menjaga penyebaran Covid-19, ia mengaku
tak keberatan datang demi menjalankan hobinya ini.
“Sebetulnya saat menonton tidak ada syarat khusus. Tetap menerapkan
protokol kesehatan, seperti memakai masker saat di dalam ruangan,” ungkap
mahasiswa berumur 22 tahun tersebut.
Tak bisa dipungkiri, bioskop kembali ramai lantaran masyarakat rindu
akan suasana menonton di bioskop. Hal ini juga dirasakan oleh Karina Yunika.
Mahasiswa yang akrab disapa Karin tersebut menonton film berjudul Miracle in
Cell No.7 setelah tidak menginjakkan kakinya ke gedung bioskop selama
hampir dua tahun.
“Salah satu alasan karena kangen nonton bioskop dan sudah lama
tidak nonton bioskop. Terkait Covid-19, aku sudah enggak takut aku karena di tempat umum sudah mulai ramai dan
kasusnya mulai menurun. Jadi, merasa aman aja, tapi tetap pakai masker,” tutur mahasiswa
asal Yogyakarta tersebut.
Antusiasme ini juga bisa memberi dampak positif bagi para peminatnya. Salah satunya adalah jadi solusi
relaksasi. Beberapa orang menyebutnya sebagai cinema therapy. Terapi ini
dianggap efisien secara psikologis karena membantu seseorang mengenal dirinya
sendiri dengan merespons adegan maupun karakter dalam film.
Cinema therapy juga sangat
ekonomis karena bisa dilakukan secara mandiri. Seseorang cukup memilih tema film
sesuai dengan kondisinya masing-masing. Film bisa mendorong individu yang
kesulitan mengekspresikan diri dengan melepaskan emosinya. Entah itu dengan
tertawa ataupun menangis.
Meskipun hasrat menonton bioskop terpenuhi, tetapi kita harus tetap menjaga kesehatan. Mematuhi peraturan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Menggunakan Pedulilindungi sejatinya juga menjadi bentuk dukungan pada pihak bioskop. (Iftinan Adhasari Pramesthy)
Editor: Delima Purnamasari
Tulis Komentarmu