Segenggam Cuitan Hati Penggemar Setia Bulu Tangkis Indonesia
Siluet penonton saat menyaksikan turnamen Mansion Indonesia International Challenge 2022 di GOR Amongrogo. (Sumber: Irza Triamanda) |
Tak
hanya Olimpiade, berbagai kejuaraan bergengsi di dunia badminton sudah berhasil
digondol oleh Indonesia, baik individu, maupun beregu. Turnamen All England
contohnya. Sejak tahun 1968 sampai sekarang, Indonesia masih cukup aktif
mencetak sejarah di sana dengan prestasi-prestasinya.
Untuk
rangkaian turnamen BWF World Tour Super 300 sampai 1000, Pada tahun 2022 Indonesia tercatat mampu
mendulang 13 juara dengan dominasi sektor putra. Ganda putra menyumbang 6
gelar, sedangkan tunggal putra 4 gelar. Ganda campuran hanya mampu menghasilkan
satu gelar. Sisanya adalah milik ganda putri berambut bondol Indonesia, Apriyani
dan Siti Fadia.
Meskipun
sektor putri kurang berjaya di individual, tetapi secara mengejutkan, mereka
berhasil mengukir sejarah di turnamen beregu putri Asia 2022 dengan mengalahkan
Korea Selatan di final. Bak melihat secerah cahaya di dalam goa yang gelap,
masyarakat Indonesia dibungkam pesimistisnya. Harapan terlihat untuk piala Uber
dan Sudirman mendatang.
Bagaimana
tidak berharap, piala Sudirman, Uber, dan Thomas adalah sejarah bagi Indonesia.
Jaya di tahun 1990-an, kini rasanya sulit untuk mengukir itu kembali. Terakhir,
piala Thomas sempat mampir lagi ke Indonesia tahun 2021. Setelahnya, masih
nihil gelar untuk ketiganya.
Bahkan,
turnamen beregu campuran Asia 2023 yang merupakan ajang kualifikasi menuju
piala Sudirman, Indonesia dibungkam negeri gingseng di babak delapan besar.
Kecolongan poin di sektor ganda putra dan putri, yang di atas kertas lebih
diunggulkan. Ironis memang, padahal lawannya hanya menurunkan pemain lapis dua
saat itu.
“Kami
mohon maaf belum bisa memberikan prestasi seperti harapan masyarakat Indonesia.
Kekalahan ini harus diterima. Main di Dubai tak gampang, harus beradaptasi
dengan bola, suasana, dan lapangan,” pernyataan resmi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melalui Ketua Bidang
Bina Prestasi, Rionny Mainaky, setelah kekalahan itu.
Harri
Mustari (52), pencinta badminton asal Tasikmalaya, memberikan tanggapannya. “Kans
untuk meraih juara di Sudirman Cup 2023 tetap ada, walaupun agak tipis,” ujar
pria yang mengidolakan Mohamad Ahsan tersebut.
Menurutnya,
cerminan hasil piala Sudirman bukan hanya dilihat dari itu. Pemain dan pelatih
adalah sepasang hal yang juga berpengaruh.
Perlu
ditilik kembali, dalam promosi dan degradasi pemain, serta pergantian pelatih
yang diumumkan awal tahun ini, terdapat 13 nama atlet yang tidak tercantum lagi
di sana. Beberapa diantaranya cukup dikenal oleh para pencinta bulu tangkis
Indonesia. Sebut saja Putri Syaikah yang sempat digadang-gadang menjadi salah
satu aset berkelas ganda putri, Mychelle Crhystine Bandaso yang sudah wara-wiri
di turnamen kelas atas, serta Nandini Arumni Putri seorang pemain pratama yang
hampir menyumbang poin di piala Uber 2020. Ketiganya bernasib sama karena
terjegal cedera.
Berbagai
cuitan muncul di media sosial, banyak yang iba terhadap mereka, tetapi tak
sedikitpula yang mempertanyakan kapabilitas PBSI dalam menangani permasalahan
atlet cedera. Mereka mengaku selalu menantikan kabar atlet-atlet kesayangannya
itu. Ingin membersamai mereka sampai pulih kembali. Bukan tak pernah terdengar
kabar perkembangnya, lalu terdegradasi begitu saja.
Abdillah
Mustamin (21) asal Sulawesi Tenggara, yang menggemari badminton semenjak
kelas 5 SD, memberi komentar bijak tentang hal itu. Menurutnya, PBSI perlu
memberikan waktu bagi mereka, tetapi apabila cedera yang dialami cukup parah,
wajar apabila harus dikeluarkan dari pelatnas.
Meskipun
demikian, ia ingin PBSI tidak terburu-buru memutuskan.”Jangan sampai seperti
kasus Gloria Emanuelle Widjaja. Dia masih berpotensi, buktinya sekarang sedang
naik daun dengan pasangan barunya di luar pelatnas,” ucap pria yang menjadikan
Kento Momota sebagai panutan berbulu tangkisnya itu.
Selain
pemain, terdapat pergantian pelatih di beberapa sektor, salah satunya adalah
ganda campuran. Hengkangnya Nova Widianto ke Malaysia mengakibatkan sektor ini
hanya bertumpu pada satu pelatih saja, yaitu Amon Sunaryo. Katanya, PBSI sudah
mencarikan teman untuknya. Akan tetapi, konon katanya karena masalah
administrasi yang belum rampung, sosok itu belum bisa mulai membersamai
kepelatihan ganda campuran.
Sudah
cukup lama, sampai menjelang akhir Februari ini, tetapi tak kunjung ada nama
baru yang diumumkan. Menurut Abdillah, permasalahan ada di pihak PBSI, bukan
sosok pelatih baru itu.
“Dari
PBSI saja itu yang kurang. Seharusnya ada kejelasan untuk pelatih itu. Karena
melatihkan tidak mudah, harusnya ada kepastian,” tegasnya.
Selain
pergantian pelatih, faktor pribadi pemain tampaknya masih menjadi pekerjaan
rumah besar bagi PBSI. Bagaimana tidak, meskipun berhasil menghasilkan gelar,
tetapi beberapa pemain utama masih belum bisa menunjukkan konsistensi.
Bak
olahraga jantung, pencinta bulu tangkis sepertinya sudah sangat bersahabat dengan
hal itu. Melihat pemain sudah unggul jauh secara poin, tetapi tiba-tiba
tertikung lawan. Setelah juara, lalu gugur dibabak-babak awal tanpa memberikan
perlawanan yang berarti. Belum lagi, masalah servis busuk yang tak kunjung
usai.
Menurut
Chikal Puspa Ghaisyani (20), pencinta badminton asal Bekasi, ada satu
permasalahan utama penyebab semua itu. “Jujur singkat saja, mental pemain sih,”
ujarnya sambil tersenyum.
Meskipun
demikian, Chikal tidak memungkiri bahwa persaingan bulu tangkis saat ini memang
sangat ketat dan hampir merata di semua sektor.
Harri
setuju dengan pendapat Chikal, semua negara berupaya meningkatkan kualitas
kemampuan atletnya. Menurutnya, Indonesia harus membenahi dari dasar apabila
ingin meraih gelar piala Sudirman tahun ini dan gelar-gelar prestisius lain kedepannya.
”Yang harus diperbaiki adalah menjaring lagi talenta atlet secara
masif terutama di sektor putri dengan memperbanyak kompetisi dimulai dari kejuaraan daerah.
Selain itu, memperbaiki sarana pada pusat pelatda dan pelatnas, dengan melakukan sport science pada
sistem kepelatihannya,” ujar Harri memberikan
masukan.
Abdillah menambahi, “Kalau sarana dan prasarana sudah cukup baik, persiapan
pemain juga harus dilakukan dengan maksimal. Pribadi atlet harus punya mental
yang teguh, tidak seperti sekarang ini.” Ia juga menginginkan agar ada tekanan
morel dari pihak PBSI agar pemain bisa merasa punya tanggung jawab moral lebih.
Ketiganya merapalkan harapan yang tulus untuk bulu tangkis Indonesia saat
ini. “Semoga bisa terus menghasilkan bintang baru di sektor putra dan putri
secara merata. Khusus putri, sangat berharap ada atlet yang prestasinya bisa
sejajar dengan Susi Susanti,” ungkap Harri.
Untuk turnamen yang cukup dekat, piala Sudirman tanggal 14-21 Mei di China
mendatang, mereka memanjatkan doa terbaik dari hatinya yang terdalam, yaitu
juara.
“Aku berharap semoga Indonesia bisa mengulangi gelar Sudirman Cup yang
dulu, saat pertama kali diselenggarakan dan itu menjadi gelar satu-satunya bagi
Indonesia. Semoga besok bisa meraih Sudirman Cup di tempat yang merajai
Sudirman Cup itu, yaitu di China,” ucap Abdillah.
Sedangkan Chikal hanya menginginkan para pemain andalan Indonesia itu,
nantinya bisa bermain dengan tanpa beban saja. Soalnya ia yakin, dengan begitu,
kemampuan terbaiknya bisa dimaksimalkan.
“Mau ulang momen haru Thomas Cup 2020 di Sudirman Cup 2023, semoga,” ujar Chikal dengan penuh harapan. (Irza Triamanda)
Editor: Razaqa Hariz
Tulis Komentarmu