Buah Pinang: Obat Kangen akan Kampung Halaman
Buah pinang (Sumber: indonesiakaya.com) |
Buah pinang merupakan buah dari salah satu jenis tumbuhan monokotil yang masuk ke dalam golongan palem-paleman. Memiliki nama latin Areca catechun, masyarakat Indonesia lebih akrab menyebutnya sebagai pinang, palem, maupun jambe. Jenis pohon dari buah ini merupakan tanaman soliter yang tumbuh secara individual. Batangnya lurus dengan ketinggian mencapai 10-20 m dan berdiameter antara 25-30 cm. Tanaman ini menghasilkan biji buah yang memiliki ragam manfaat bagi kesehatan.
Khasiat dari buah pinang terkadang tidak diketahui oleh masyarakat luas, sehingga hanya segelintir orang yang memanfaatkannya. Sebagian orang yang masih memanfaatkan buah pinang adalah masyarakat Papua. Buah pinang dimanfaatkan dengan cara dikunyah dengan tambahan sirih dan kapur. Hal tersebut sudah menjadi bagian dari tradisi yang dilakukan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Begitu pun bagi para perantau asal Papua yang berada di Yogyakarta. Berada di tempat baru tentunya akan menimbulkan rasa rindu dengan hal-hal yang dapat dilakukan di daerah asal. Rindu teman-teman, suasana, atau tradisi yang ada tentu akan dirasa. Perasaan ingin pulang pasti melanda, tetapi tujuan awal ternyata belum tercapai. Biaya, waktu, dan tenaga menjadi kendala. Merindukan rumah harus terobatin dengan cara-cara sederhana. Menurut mereka, tradisi mengunyah pinang tersebut dapat menjadi obat rindu terhadap kampung halaman.
Seperti yang disampaikan Wilson, perantau asal Papua yang melanjutkan pendidikan SMA-nya di Yogyakarta. “Mengunyah buah pinang udah jadi candu, kayak rokok. Kalau terbiasa mengunyah pinang terus tidak mengunyah rasanya ada yang kurang. Untung di sini kakak-kakak saya ada yang jual jadi tidak bingung harus cari dimana.”
Buah pinang seperti memiliki daya tarik tersendiri bagi para perantau asal daerah Indonesia Timur untuk mengobati rasa rindu. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ori yang merupakan salah satu penjual buah pinang di Jalan Babarsari. “Hampir semua yang beli itu kakak dan adik saya dari Papua. Bahkan se-kabupaten dengan saya. Mereka beli karena tidak ada yang jual lagi selain di sini. Buah pinang saya jual 10 ribu dapat 5 biji. Walaupun buah pinang dan kapurnya dari sini, tetapi untuk sirihnya langsung dikirim dari Papua. Hal ini karena jenis sirihnya berbeda dan di sini tidak ada,” ungkapnya.
Mengunyah buah pinang sendiri tidak boleh sembarangan, ada langkah-langkah yang perlu diketahui. Hal ini bertujuan agar tidak salah dan tidak menimbulkan efek lemas. Pertama, yang harus dilakukan adalah mengupas buah pinang sampai tersisa biji dan sedikit serat, kemudian dikunyah. Rasa yang timbul adalah pahit dan sepat. Setelah mengunyah pinang, gigit sirih yang sudah dioles kapur. Teknik menggigitnya juga harus tepat di atas buah pinang karena jika terkena lidah atau gusi maka akan muncul efek terbakar. Selanjutnya, kunyah lagi secara terus menerus dan buang jika dirasa sudah tidak ada sensasinya. Konsepnya mirip seperti mengunyah permen karet tetapi dengan teknik yang berbeda.
Buah yang jarang dilirik ini ternyata memiliki banyak manfaat. Buah pinang mengandung efek antibakteri dan antivirus yang bermanfaat bagi tubuh. Kandungan tersebut efektif untuk mencegah gigi berlubang, mengatasi mulut kering, mengurangi gejala skizofrenia, meningkatkan energi, mengurangi gangguan kecemasan, dan lainnya. “Kalau rutin mengunyah buah pinang gigi dan gusi jadi sehat. Selain itu bermanfaat juga buat stamina, menurunkan darah tinggi, dan yang jelas ini sudah tradisi. Walaupun tidak semua orang Papua mengunyah pinang,” tambah pria yang berasal dari Indonesia Timur ini.
Buah pinang sejauh ini dapat menjadi obat rindu akan kampung halaman karena sebagian besar yang membelinya adalah perantau yang senasib sepenanggungan. Dari buah pinang ini lah terjadi interaksi dan tradisi yang dapat menjadi pelepas rindu akan daerah asal. (Riza Febriandanu)
Editor: Ikhsan Fatkhurrohman Dahlan
Tulis Komentarmu