Header Ads

Soto Garing: Sajian Kuliner Unik Khas Klaten

Sepiring Makanan Soto Kering.(Sumber Foto: Rama Setya W) 


Pada umumnya, soto selalu identik dengan potret makanan berkuah. Namun, apa jadinya jika soto yang selama ini kita kenal justru disajikan tanpa kuah. Terdengar aneh memang, tapi kuliner unik semacam ini nyata adanya. Soto Garing (Toring) begitu mereka menyebutnya merupakan salah satu kuliner unik khas Klaten yang jarang diketahui.

Toring sebenarnya tidak jauh berbeda dari soto kebanyakan. Isiannya masih sama yaitu nasi putih, suwiran ayam, tauge, kol, seledri, bawang merah goreng, penyedap rasa, dan kecap asin. Salah satu aspek yang membedakanya adalah porsi kuah yang diberikan, jika biasanya soto dibanjiri dengan kuah kaldu. Toring justru sebaliknya, porsi kaldu yang digunakan sangat sedikit sehingga tampak kering. Hal inilah yang membuat kuliner ini dinamai soto kering atau dalam arti lain bisa diterjemahakan sebagai soto tanpa kuah.

Popularitas Toring memang tidak seterkenal jenis soto lainnya. Hal itu bisa dimaklumi karena masih banyak yang belum familiar dengan kuliner satu ini. Namun, untuk kalian yang belum pernah mencoba Toring, kalian tak perlu ragu untuk mencobanya. Kuliner ini bisa bertahan selama berpuluh tahun bukan tanpa alasan. Toring telah menjadi kuliner khas Klaten karena memang rasanya yang enak.

Bagi kalian yang mulai penasaran mengenai keunikan soto kering. Kalian bisa berkunjung ke daerah Klaten, tepatnya di samping Pasar Delanggu. Di sana kalian akan menemukan sebuah warung soto yang sangat terkenal, bahkan mendapat predikat legend. Warung itu adalah Soto Bu Yati.

 

Suasana Warung Soto Bu Yati.(Sumber Foto: Rama Setya W) 

Warung soto Bu Yati telah dikenal luas sebagai perintis kuliner soto kering. Bayangkan saja, warung ini telah berdiri dari tahun 1973 dan masih eksis hingga sekarang. Selain karena rasanya yang enak dan otentik, Toring warung Bu Yati juga terkenal karena harganya yang murah yaitu berkisar Rp 6.000 – Rp11.000 saja.

Menurut penuturan dari Sudiman selaku pemilik warung soto Bu Yati, asal mula terciptanya soto kering adalah karena ketidaksengajaan.

“Awalnya tercipta karena ada yang tidak suka pakai kuah, dari situ saya coba buatkan. Eh ternyata cocok. Dari getuk thular (cerita dari mulut ke mulut) jadi ramai sampai sekarang,” jelas Sudiman.

Sudiman juga menambahkan bahwa untuk mempertahankan cita rasa yang sama selama bertahun – tahun. Dia memiliki preferensi khusus terhadap merek kecap asin yang digunakan. ia mengaku menggunakan kecap asin merek timbangan. Menurutnya kecap merek itu memiliki rasa asin gurih yang lebih mantap dibandingkan kecap lainnya.

Dengan konsintesi yang selalu dipertahankan, tidak heran jika soto garing Bu Yati selalu memiliki tempat tersendiri di hati pelangganya. Salah satu konsumen yang berhasil ditemui Endang Suprihatin, mengaku telah menjadi pelanggan soto Bu Yati sejak dirinya masih duduk di bangku SMP.

“Sejak SMP saya sudah langganan sampai sekarang udah punya cucu. Saya suka karena rasanya enak terus porsinya juga banyak. Di tempat lain kan sotonya berkuah ya, kalau di sini spesial karena ada soto garingnya itu,” pungkas Endang. (Rama Setya W)

Editor: Latri Rastha Dhanastri 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.