Header Ads

Learning Express: Kolaborasi Program KKN Internasional

Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional. (Sumber:Dokunentasi LEX).

UPN "Veteran" Yogyakarta berkolaborasi dengan Singapore Polytechnic untuk menyelenggarakan program pengabdian masyarakat berbasis Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional. Learning Express (LEX) merupakan sebuah program pengabdian masyarakat yang dirancang menggunakan pendekatan design thinking.  Pendekatan ini, digunakan untuk melatih mahasiswa dalam memecahkan permasalahan secara  kreatif dan inovatif. 

Proses Seleksi

Seleksi Program LEX dimulai dari pendaftaran internal yang dilaksanakan pada 31 Juli - 6 Agustus 2024 dengan syarat telah lulus setidaknya 100 SKS dan mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Setelah melewati tahap pendaftaran, calon peserta  akan mengikuti sesi wawancara pada tanggal 10 - 11 Agustus 2024. Kemudian setelah  dinyatakan lolos, mereka akan mengikuti serangkaian program yang akan diadakan.

Sebanyak 30 mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta terpilih, bersama dengan 30 mahasiswa  dari Singapore Polytechnic. Selanjutnya, mahasiwa akan dibagi ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 5 mahasiswa UPN & 5 mahasiswa Singapore Polytechnic.

Mark Angelo salah satu peserta dari Singapore Polytechnic menceritakan alasannya mengikuti Program LEX. “Saya mengikuti OSP (Overseas Social Innovation Project) karena saya ingin belajar pengalaman baru secara langsung dan memiliki dampak yang nyata untuk dunia,” ungkap Mark.

Pelaksanaan Program

Program LEX dilaksanakan selama seminggu, terhitung dari tanggal 3 - 12 September 2024. Pada hari pertama terdapat sesi opening ceremony sekaligus pengenalan kelompok, pembagian buddy, team building, serta pelatihan design thinking untuk menyamakan persepsi antar mahasiswa yang bertempat di Ruang Seminar Fakultas Pertanian UPNYK.

Pada hari berikutnya, mahasiswa pergi ke Dusun Ngalian, Widodomartani, Sleman, DIY selama tiga hari dua malam untuk melakukan observasi. Dipilihnya Dusun Ngalian dikarenakan terdapat banyak potensi yang dapat dikembangkan. Hal ini selaras dengan topik program LEX yaitu, Sustainable Agriculture dan Edu-Tourism.

Selama observasi, mahasiswa melakukan sesi wawancara dengan warga, “Kami melakukan wawancara untuk memahami permasalahan yang dihadapi warga sehingga nantinya akan dicarikan solusi untuk warga setempat,” jelas Naifa salah satu peserta LEX dari UPN.  

Setelah data didapatkan, mahasiswa mulai menyusun ide lalu merancang prototype berupa solusi dari permasalahan. Prototype ini diperlihatkan ke masyarakat untuk dimintai masukan awal sebagai langkah dari co-creation. Langkah ini, diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat apabila mereka ingin mengembangkan lebih jauh & menjadikan rancangan prototype secara langsung. 

Langkah co-creation prototype bersama warga Ngalian (Sumber: Syahna)

Keterkaitannya LEX dengan KKN

Sama seperti pengabdian masyarakat lainnya, program LEX juga merupakan program pengabdian masyarakat. Bedanya, LEX berfokus kepada penekanan konsep design thinking dengan hasil akhir pembuatan prototype.

Namun, merujuk terhadap peraturan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UPN “Veteran” Yogyakarta mahasiswa harus memenuhi 250 jam. “Setelah program LEX selesai, mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta diharuskan menjalankan program mandiri dengan sisa waktu yang ada selama 10-14 hari sesuai dengan pertimbangan DPL (Dosen Pembimbing Lapangan),” ujar Rukmowati Brotodjojo sebagai Koordinator Program LEX.

Mahasiswa dapat membuat program baru ataupun mengembangkan topik lain yang bisa dikembangkan dari hasil wawancara masyarakat di Dusun Ngalian. Hal ini dikarenakan mahasiswa tidak bisa menjalankan program yang sudah dijadikan prototype karena Singapore Polytechnic turut memiliki hak cipta atas prototype yang telah dibuat.

Selain itu, mahasiswa juga tidak lepas dari ketentuan KKN lainnya seperti harus mengikuti pembekalan KKN, mengikuti ujian KKN, melaksanakan bakti kampus, menyusun proposal, membuat laporan hingga menyusun buku KKN. (Muhamad Sunendra)

Editor: Rama Setya Wijaya


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.